Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sampah plastik masih menjadi pekerjaan rumah terbesar di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, selama 2021 jumlah sampah plastik sebanyak 11,6 juta dari total 68,5 juta ton limbah. Angka ini melonjak dibandingkan jumlah sampah pada 2017 sebanyak 6,8 juta ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masalah sampah plastik tidak berhenti sampai pada timbunan yang terus menggunung. Pengumpulan sampah plastik mencapai 39 persen yang terdiri dari 31 persen sektor formal dan delapan persen sektor informal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menjelaskan dalam mengurangi kebocoran sampah plastik di laut, perusahaan secara konsisten mengimplementasikan pendekatan bisnis yang komprehensif dengan tiga fokus utama yaitu, pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah plastik, edukasi bagi konsumen untuk turut bertanggung jawab atas sampah dan inovasi atas kemasan yang digunakan, termasuk kemasan galon guna ulang. “Saat ini, 70% bisnis Danone-AQUA merupakan produksi air minum dengan kemasan galon guna ulang yang praktiknya telah sepenuhnya sirkular,” jelas Karyanto dalam Tempo Circular Economy Awards bertajuk Mengkaji Pemanfaatan Kemasan Galon Guna Ulang dalam Praktik Ekonomi Sirkular, Selasa, 25 Oktober 2022.
Karyanto menuturkan Danone-AQUA juga menggunakan energi baru terbarukan (EBT) dalam proses produksinya. Sebanyak lima pabrik yang tersebar di Ciherang (Bogor), Klaten (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur), Bali dan Makassar (Sulawesi Selatan) menggunakan panel surya. “Penerapan penggunaan energi baru terbarukan akan terus diperluas ke pabrik lainnya,” ujarnya.
Peneliti Ekonomi Lingkungan dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Bisuk Abraham Sisungkunon, mengungkapkan hasil penelitian tentang galon guna ulang yang memunculkan dampak positif kepada aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Menurutnya, berdasarkan hasil survei terhadap konsumen terkait alasan pembelian Galon Guna Ulang, sebanyak 31 persen responden memiliki alasan lebih ramah lingkungan karena dapat digunakan kembali.
Kemudian sebanyak 20 persen responden berasalan kepraktisan, 20 persen lebih hemat, 16 persen dapat mengurangi sampah dan 13 persen karena kenyamanan.“ Temuan ini menarik karena sebagian besar motif lain tidak begitu dominan dibandingkan motif konservasi lingkungan, artinya galon guna ulang memang berkontribusi dalam membangun budaya reuse dan ramah lingkungan” kata Bisuk.
“Riset menyatakan, bahwa tanpa penggunaan galon guna ulang, 7 dari 10 konsumen akan beralih pada penggunaan kemasan sekali pakai. Dengan demikian, tentunya hal ini akan berpotensi meningkatkan timbulan sampah kemasan sekali pakai hingga 770 ribu ton per tahun. Akibatnya, emisi sampah plastik akan bertambah hingga 1,65 juta ton per tahun,” tambah Bisuk
Sejalan dengan hal tersebut, Wawan Some dari Komunitas Nol Sampah menuturkan “Pada praktiknya, kami sudah memahami bahwa galon guna ulang memiliki kontribusi dalam mengurangi kebocoran sampah plastik di lingkungan. Karena, dengan mengonsumsi air kemasan galon guna ulang, masyarakat secara tidak langsung menjalankan budaya reuse yang berdampak dalam mengurangi potensi sampah plastik. Mungkin kita sama-sama paham, bahwa sampah plastik dapat didaur ulang, namun butuh waktu dan biaya tambahan dalam proses pengumpulan dan penyortiran. Hal ini dikarenakan, industri menggunakan plastik yang berbeda saat membuat kemasan sehingga pengepul perlu memisahkan kemasan sekali pakai, label, dan juga tutupnya. Belum lagi keterbatasan titik pengumpulan, sehingga membuat sampah daur ulang yang harus diangkut berpotensi menyumbangkan emisi karbon.”
Menurut Some diperlukan peran masyarakat dan media melakukan pendampingan, edukasi dan advokasi. Perusahaan produsen yang menghasilkan kemasan juga perlu menyampaikan kepada publik peta jalan pengolahan plastik kemasan secara terbuka dan tegas.
Adapun pakar polimer Institut Teknologi Bandung, Ahmad Zainal, juga menjelaskan pentingnya galon guna ulang dalam menjaga kualitas produk sekaligus menjaga keberlanjutan, “Untuk saat ini kemasan galon guna ulang merupakan pilihan yang terbaik dibanding jenis lainnya. Harus dilihat bahwa kemasan plastik PC yang digunakan pada galon guna ulang telah melalui proses pengolahan yang tentunya memiliki standar yang ketat, sehingga keamanan penggunaanya tidak perlu diperdebatkan lagi, karena telah memenuhi standar food grade dan terlebih lagi kemasan PC merupakan kemasan yang lebih ramah lingkungan.”