Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di kompleks militer Al-Qaqaa, Yousefiya, sepuluh bunker besar yang telah kosong itu seolah berubah wajah menjadi hantu-hantu kematian. Mayat-mayat tanpa kepala banyak berserakan di kawasan itu.
Namun, yang membikin hati lebih menciut adalah sepuluh bunker itu, yang tadinya dipenuhi 400 ton bahan peledak, telah kosongisinya raib dijarah entah oleh siapa. Berita ini sebetulnya telah muncul sejak beberapa waktu lalu. Tapi baru pada pekan silam material mematikan itu benar-benar dipastikan hilang.
Terletak di Provinsi Babail, Al-Qaqaa adalah salah satu instalasi militer Irak yang penting. Di sinilah Saddam Hussein pernah mencoba mengembangkan hulu ledak nuklir. Dan di masa invasi Amerika, daerah ini menjadi "kawasan tak bertuan" tempat banyak terjadi pembunuhan. Bahkan para marinir AS dikabarkan miris bila melewati daerah itu dalam patroli mereka.
"Tempat itu mirip Mars di Bumi," kata Mayor Dan Whisnant, staf intel Batalion Ke-2 Resimen Marinir Ke-24. "Untuk membersihkan daerah itu mungkin perlu tenaga 10 batalion dan waktu 10 tahun." Bukan hanya sang Mayor yang kebakaran jenggot. Kedua calon presiden AS, George W. Bush dan John Kerry, ikut dibikin repot oleh ratusan ton bahan peledak yang tak lagi bertuan itu.
Kubu John Kerry menuding pemerintah Bush sengaja menutup-nutupi berita ini hingga lewatnya pemilu (jatuh pada 2 November). Dalam kampanyenya pekan lalu di Green Bay, Wisconsin, John Kerry menguarkan teriakan ini: "Tuan Presiden, apa lagi yang Anda coba sembunyikan dari rakyat Amerika?" Alih-alih menanggapi sindiran Kerry, juru bicara George W. Bush, Scott McClellan, justru menekankan keberhasilan pasukan AS memusnahkan 400 ribu ton persenjataan dan bahan peledak di Irak sejak invasi digelar pada 19 Maret 2003.
Washington dianggap enggan dan tidak trengginas menanggapi raibnya bahan peledak ini. Padahal, surat dari Kementerian Ilmu dan Teknologi Irak yang melaporkan adanya kehilangan itu telah dikeluarkan sejak 10 Oktober. Kehilangan bahan peledak itu kian dipastikan pada pekan lalu. Manajer Program Army Corps of Engineers di Huntsville, Alabama, itu mengaku tak tahu-menahu ke mana bahan peledak dari Al-Qaqaa itu kini bermuara.
Padahal, Earhart dan timnya sejatinya mengemban tanggung jawab mengumpulkan dan menghancurkan persenjataan Irak yang hilang. Eh, di saat Earhart dan rekan-rekannya mengaku "polos saja" alias tidak tahu, harian New York Times melaporkan bahwa penjarahan bahan-bahan peledak itu dengan truk masih terus terjadi hingga Ahad lalu. Padahal, berbagai bahan ini adalah fasilitas yang telah disegel di lokasi penyimpanannya di Al-Qaqaa oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Alhasil, perihal 400 ton bahan peledak ini turut meramaikan hari-hari akhir kampanye calon presiden Amerika. John Kerry, misalnya. Dia menuduh pihak Bush tak ambil pusing pada bobolnya bunker-bunker di Al-Qaqaa. Menurut Kerry, bahaya yang datang dari bahan peledak yang hilang itu bisa tak terperikan. Masih ingat tragedi bom yang menghancurkan pesawat Pan Am 103 di atas Lockerbie, Skotlandia, pada 1988, dan membunuh lebih dari 240 nyawa?
Nah, bom itu hanya menggunakan kurang dari setengah kilogram racikan bahan-bahan dari jenis yang sama dengan materi yang hilang di Al-Qaqaa. Tak sampai sekilo bahan itu pula yang telah menghancurkan kompleks ekspatriat di Riyadh, Arab Saudi, November 2003 lalu. Takaran serupa pula yang dipakai untuk meledakkan apartemen di Moskow pada September 1999 yang menewaskan hampir 300 orang.
Jadi, silakan membayangkan berapa nyawa yang bisa dicabut oleh 400 ton bahan peledak yang lenyap itu. Dari 400 ton bahan peledak yang hilang itu, terdapat 194,7 metrik ton HMX (high melting point explosive), 141,2 metrik ton RDX (rapid detonation explosive), dan 5,8 metrik ton PETN (pentaerythritol tetranitrate). Bahan-bahan ini biasa digunakan militer dalam mortir, bom, ranjau, granat, serta banyak jenis senjata konvensional lainnya.
"Peristiwa ini amat-sangat memalukan," kata Gary Milhollin, Direktur Wis-consin Project, lembaga swadaya masyarakat yang ikut mengawasi Irak selama lebih dari satu dekade. Memang, pemerintah Washington menekankan Al-Qaqaa tidak berada dalam daftar prioritas utama bahaya persenjataan nuklir Irak. Tapi para pakar senjata mengakui bahan-bahan itu kemungkinan dapat digunakan untuk memperkaya serangan bom mobil terhadap pasukan Amerika dan aparat Irak, seperti yang selama ini terjadi. "Sifat bahan-bahan ini stabil, sehingga dapat diselundupkan ke dalam jaringan teroris di seluruh Timur Tengah," ujar seorang pakar senjata asal Irak.
Salah satu pihak yang paling cemas oleh peristiwa ini adalah Badan Energi Atom Internasional, IAEA. Badan Energi ini tahu benar bahwa materi HMX dan RDX yang lenyap dari Al-Qaqaa itu dapat menjadi materi dalam desain senjata nuklir yang standar; keduanya mampu memicu reaksi fisi uranium atau plutonium.
Itulah mengapa Badan Energi Atom Internasional mengawasi secara ketat fasilitas Al-Qaqaa sejak berakhirnya Perang Teluk I, 1991. Tepatnya, setelah mereka mencium upaya diam-diam Irak untuk mengembangkan persenjataan terlarang itu. Kini, isi bunker di Al-Qaqaa telah terkuras entah ke mana. Tak ada yang bisa memastikannya. Satu yang bisa dipastikan adalah hantu-hantu pencabut nyawa bisa kembali bergentayangan bersama ledakan bom baru made in Al-Qaqaa.
Wuragil (NYT, BBC, AP, Csmonitor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo