Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan demonstran berunjuk rasa di luar gedung yang menjadi tempat pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington D.C. pada Kamis, 13 Oktober 2022. Mereka yang berunjuk rasa menyuarakan penolakan terhadap pendanaan pada bahan bakar fosil dan menuntut ada langkah nyata segera dalam mengatasi perubahan iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam unjuk rasa itu, beberapa aktivis berkumpul dengan sepeda. Mereka menyerukan dukungan bagi negara-negara yang terkena dampak perubahan iklim. Mereka juga membawa poster yang bertuliskan "Bank Dunia tentang kekacauan iklim", "hentikan pendanaan bahan bakar fosil", "Manusia atas keuntungan", dan "tindakan lebih keras daripada kata-kata."
Bank Dunia. worldbank.org
Ulric Erickson, mahasiswa dan aktivis, ikut berunjuk rasa bersama puluhan pengunjuk rasa lainnya. Dia mengatakan lembaga-lembaga itu (IMF dan Bank Dunia) tidak seperti yang mereka klaim.
"Ini adalah masalah mendesak dan lembaga-lembaga ini tidak boleh mendanai industri bahan bakar fosil dan proyek-proyek yang merugikan dunia," kata Erickson kepada Reuters.
Sekelompok pengunjuk rasa membawa spanduk di luar pintu masuk yang bertuliskan "batalkan utang untuk manusia dan planet". Beberapa demonstran menggunakan terompet dan klakson udara. Untungnya aksi protes tidak menyebabkan gangguan besar pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia tersebut.
"Jalan menuju kedaulatan ekonomi untuk Selatan global bukanlah melalui pinjaman predator yang ditawarkan oleh IMF atau Bank Dunia, melainkan melalui reparasi semua kekayaan dan sumber daya yang telah dicuri dari negara-negara melalui kolonisasi, invasi ilegal, pendudukan, ekstraksi minyak, gas, dan batu bara," demikian pernyataan aktivis Code Pink.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen pada Kamis, 13 Oktober 2022, menekankan Presiden Bank Dunia David Malpass telah bersikap defensif tentang pandangannya terhadap perubahan iklim, dan harus memainkan peran kepemimpinan dalam transisi global menuju energi bersih. Gedung Putih pada bulan lalu mengutuk komentar Malpass saat dia menolak mengatakan dia mendukung konsensus ilmiah tentang perubahan iklim, meskipun dia kemudian meminta maaf dan menegaskan kembali pandangannya bahwa aktivitas manusia berkontribusi terhadap perubahan iklim.
REUTERS | NESA AQILA
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.