Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina dikabarkan kesulitan merekrut anak muda untuk berperang melawan Rusia. The Economist mewartakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berupaya memotovasi anak muda Ukraina agar mau menjadi relawan wajib militer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahun lalu, Kyev mengubah sistem dinas militernya dengan menurunkan minimal usia wajib militer menjadi 25 tahun. Bukan hanya itu, Kyev juga memberlakukan hukuman yang lebih ketat pada mereka yang menghindari wajib militer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akan tetapi, kebijakan ini dilaporkan tak memenuhi target perekrutan. The Economist pada Rabu, 26 Februari 2025, dilaporkan negara-negara Barat mendesak Kyev agar menargetkan usia yang lebih muda lagi untuk memperkuat militernya.
Dilansir dari RT.com, Zelensky telah menolak menurunkan batas usia wajib militer, namun orang di sekitar Zelensky dilaporkan telah menyadari keputusan ini (menurunkan batas usia) adalah hal yang diperlukan. Sumber di Pemerintah Ukraina mengatakan pengetatan akan berlanjut karena tak ada yang punya solusi lebih baik.
Dengan kondisi jumlah korban tewas di garda depan yang semakin meningkat, banyak anak muda di Ukraina yang sudah memenuhi syarat wajib militer, menolak melakukannya. The Economist mencatat ada kejadian baru-baru di Poltava, di mana seorang pejabat militer ditembak mati saat mencari anak muda Ukraina untuk ikut wajib militer.
Dinas keamanan Ukraina menuduh kejadian ini karena ada penyusup dari Rusia. Sedangkan tentara Rusia curiga kekerasan di dalam negeri meningkat karena silang pendapat di dalam negeri meningkat pula.
Untuk menarik anak muda Ukraina ikut wajib militer, Kyev berencana menawarkan uang kompensasi yang besar dan berjanji mereka akan di demobilisasi setelah satu tahun - meski banyak yang pesimis dengan iming-iming ini. Ukraina saat ini menargetkan 4 ribu orang per bulan yang bisa direkrut masuk militer.