Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 30 persen permukaan Bumi, dari rawa gambut sampai terumbu karang, akan berstatus dilindungi mulai akhir dekade ini. Komitmen yang dikenal sebagai inisiatif 30 by 30 itu dicapai pada malam sebelum hari terakhir agenda COP15 Konferensi Biodiversitas PBB 2022 di Montreal, Kanada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesepakatn menetapkan 4 tujuan global dan 23 target. Seluruhnya didesain untuk keinginan menghentikan dan membalik tren hilangnya keanekaragaman hayati pada 2030.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesepakatan juga mencakup target untuk negara-negara memangkas program subsidi pembangunan yang berpotensi membahayakan alam sebesar $500 miliar per tahun mulai 2030. Program subsidi yang dimaksud, misalnya, yang mendukung pola pertanian atau perikanan yang tidak berkelanjutan.
Negara-negara yang lebih kaya, per akhir dekade ini pula, menjanjikan menyediakan sedikitnya $30 miliar per tahun untuk pembiayaan biodiversitas.
Baca juga: Ilmuwan Khawatir Kebakaran Hutan Australia Membuat Punah Semua Spesies yang Ada di Dalamnya
Di penutupan konferensi, Presiden COP15 Huang Runqiu dari Cina menyatakan kesepakatan itu menjadi momen bersejarah dalam upaya menyelamatkan alam global. Dia menyebut kesepakatan itu, "Sebuah paket yang membuat kita semua bangga."
Sebanyak lebih dari 190 negara peserta konferensi itu mencapai kesepakatan lewat negosasi beberapa jam sebelum jadwal konferensi ditutup pada Senin, 19 Desember 2022, waktu setempat. Penyelesaian yang relatif cepat itu memberi kontradiksi atas ketegangan dari negosiasi pada hari-hari sebelumnya.
Konferensi yang digelar selama dua minggu itu diwarnai beberapa kali walkout oleh negara-negara yang tidak puas dengan progres pada isu-isu inti.
Namun begitu dengan konferensi yang sudah ditunda selama dua tahun karena Covid-19, dan dengan para delegasi yang ingin pulang tepat waktu karena Hari Raya Natal, sebuah sprint menjelang hari terakhir melahirkan kesepakatan pada area-area kunci.
Isi Kesepakatan Montreal
Sebuah teks kompromi, yang dirilis delegasi Cina pada Minggu, 18 Desember 2022, dalam perannya sebagai presiden konferensi, membentuk basis untuk kesepakatan final tersebut. Palu diketok selepas pukul 3:30 pada Senin, meski masih ada keberatan dari Republik Demokratik Kongo tentang pengaturan pendanaan.
Ada sebuah terobosan pada salah satu dari item yang paling mengundang perdebatan sepanjang agenda konferensi. Terobosan itu adalah negara-negara setuju menetapkan mekanisme baru untuk berbagi keuntungan dari produk-produk yang dibuat menggunakan data genetik dari mikroba, hewan dan tanaman di dunia.
Pada pembiayaan biodiversitas, item alot lainnya, bangsa-bangsa sepakat memobilisasi dana publik dan swasta $200 miliar per tahun di akhir dekade ini. Di bagian inilah negara-negara yang lebih kaya disepakati berkonstribusi sedikitnya $30 miliar per tahun.
Bersama target pengurangan subsidi pembangunan yang berbahaya bagi keanakaragaman hayati, kesepakatan itu, secara teori, cukup untuk menutup selisih $700 miliar per tahun dalam pendanaan yang dibutuhkan untuk paket final COP15.
Negara-negara juga setuju untuk secara formal mengakui hak-hak masyarakat pribumi dan peran mereka dalam mencapai target 30 by 30. Ini adalah kemenangan kunci yang disebut para pengkampanye-nya akan membantu mengurangi risiko pemerintah mengusir kelompok-kelompok masyarakat dari tanahnya.
Orpha Yosua (duduk paling kiri), perwakilan masyarakat adat dari Papua, dalam konferensi pers di Hotel10 Montreal, Kanada, paralel dengan agenda Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB atau CBD COP15, Jumat 9 Desember 2022. Foto: Greenpeace
"Kita sudah mengambil langkah maju yang besar dalam sejarah pada hari ini," kata Menteri Lingkungan Kanada, Steven Guilbeault, kepada para delegasi.
Tidak Puas dan Perbandingan Montreal-Aichi
Tapi, banyak yang diyakini meninggalkan Montreal dengan ketidakpuasan terhadap tingkat ambisi yang ada dalam kesepakatan. Kelompok WWF misalnya. "Tujuan untuk mengurangi tingkat kepunahan spesies sepuluh kali lipat per 2050 nanti mewakili ambisi yang lemah daripada yang pernah disepakati oleh PBB 10 tahun lalu," kata mereka.
Sementara, target untuk memangkas separuh konsumsi global diturunkan menjadi seruan untuk orang-orang “encouraged dan enabled membuat pilihan-pilihan konsumsi yang berkelanjutan."
Ada juga keprihatinan bahwa kesepakatan yang sudah dihasilkan tidak akan cukup untuk menjamin negara-negara peserta memenuhi janji mereka. Selain tidak ada tujuan dari konferensi sebelumnya di Aichi, Jepang, pada 2010, yang benar-benar dipenuhi.
Komitmen dari Aichi adalah menjadikan COP15 melihat ambisi dengan tujuan-tujuan yang terukur dan terkuantifikasi. Juga mekanisme yang jelas untuk menjaga negara-negara peserta bertangung jawab jika gagal memenuhinya.
Namun para pengamat mengatakan kesepakatan final Montreal lemah dalam memastikan akuntabilitas. Narasi target dan output yang diharapkan juga dinilai samar dan kurang bisa dikuantifikasi, yang akan membuat lebih sulit untuk melacak progres komitmen setiap negara pesert.
"Pelajaran kunci dari Aichi adalah target-target terukur adalah sangat penting untuk melihat progres yang spesifik," kata Guido Broekhoven dari WWF sehari sebelum kesepakatan final dibuat di konferensi itu.
Menurutnya, para peserta sebenarnya belajar dari pengalaman itu ketika mereka memulai konferensi. "Sayangnya, mereka kelihatannya telah mengabaikan pendekatan itu sekarang."
Ioannis Agapakis dari ClientEarth mengatakan paket kesepakatan Montreal merepresentasikan sedikit perbaikan saja dibandingkan di Aichi. Tapi, tetap, kata dia, tidak beranjak jauh dalam menjamin negara-negara berkomitmen kepada janji-janjinya.
NEW SCIENTIST, THE VERGE