Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Program rehabilitasi terumbu karang Coremap-CTI berakhir.
Kondisi terumbu karang di Nusa Penida, Gili Matra, dan Gili Baru dilaporkan membaik setelah tiga tahun rehabilitasi.
Masyarakat lokal diajak berperan, di antaranya dengan membentuk dive center.
Indonesia merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia (coral triangle). Perairan Nusantara juga menjadi pusat keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi. Beberapa catatan memaparkan keanekaragaman hayati pada ekosistem terumbu karang lebih tinggi dibanding hutan hujan tropis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pentingnya ekosistem terumbu karang mendorong berbagai upaya menjaga kelestarian karang, khususnya di daerah prioritas. Pada 1998, pemerintah membentuk program strategis Coral Reef Rehabilitation and Management Program- Coral Triangle Initiative (Coremap-CTI). Selain untuk menjaga sumber daya laut dan pesisir, program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2020, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mulai melaksanakan kembali Coremap-CTI dengan membantuk satuan kerja yang dipimpin oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), lembaga nasional dana perwalian untuk perubahan iklim di Indonesia. Kegiatan ini didanai oleh Bank Pembangunan Asia (ADB).
Bertempat di Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta Selatan, ICCTF dan para mitra kerja memaparkan hasil program yang berjalan sejak Maret 2022 di tiga lokasi. Vivi Yulaswati, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas, mengatakan program itu membangun dasar yang sangat kuat dalam mempertahankan dan mengkonservasi terumbu karang di seluruh pelosok Indonesia. “Terumbu karang merupakan ekosistem penting di wilayah pesisir dan laut selain ekosistem mangrove dan padang lamun,” ujar Vivi dalam penutupan Coremap-CTI, Selasa, 15 Agustus 2023.
Tiga lokasi yang dipilih adalah Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali; Gili Matra (Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan) di Nusa Tenggara Barat; serta Gili Balu yang terdiri atas delapan pulau yang juga berada di NTB.
Terumbu karang hasil program strategis Coral Reef Rehabilitation and Management Program- Coral Triangle Initiative (Coremap-CTI) di Gili Balu, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dokumentasi Coremap-CTI
Tonny Wagey, Direktur Eksekutif ICCTF, mengatakan tiga zona tersebut dipilih karena masuk kawasan konservasi laut. “Juga karena ada di kawasan Sunda Kecil yang ancaman dan keunikannya berbeda-beda,” ujarnya.
Kawasan perairan Sunda Kecil dikenal memiliki 76 persen spesies karang dan 2.631 spesies ikan karang. Tonny mengatakan konservasi dan pariwisata merupakan dua hal yang saling terkait. Tiga lokasi ini juga terkenal di kalangan para pelancong internasional yang mengunjungi Bali dan Lombok, khususnya yang datang untuk menikmati wisata bawah laut.
Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung, misalnya, mencatat ada 200 ribu wisatawan mengunjungi Nusa Penida setiap tahun. Evi Nurul Ikhsan, pemimpin program Coremap di Nusa Penida, mengatakan ada tiga kelompok di tiga desa yang merestorasi terumbu karang dengan metode berbeda-beda. “Ada yang reef star, ada yang fish dome, dan ada juga patung Gajah Mina,” kata dia.
Gajah Mina merupakan ikan berkepala gajah. Evi mengatakan formasi itu dipilih dengan pertimbangan budaya lokal. Gajah Mina dipercaya masyarakat Nusa Penida sebagai pelindung laut.
Menurut data Coral Triangle Center, 50 persen terumbu karang Nusa Penida dalam kondisi sangat baik. Namun, Evi menambahkan, perlu perbaikan di beberapa lokasi. “Karena Nusa Penida wilayah samudra terbuka, di musim tertentu kadang terkena seperti angin dan ombak, sehingga terumbu karang yang rapuh itu mudah hancur,” ujarnya saat ditemui seusai acara. Area rehabilitasi kini sudah mulai menumbuhkan 5 persen karang sejak program berjalan pada Agustus 2022.
Sebelumnya, ada sejumlah program infrastruktur Coremap di Nusa Penida. Misalnya, pembangunan Mangrove Tracking atau menara pantau burung, pendirian pusat informasi pariwisata, dan hibah kapal pengawas laut. Ada pula peningkatan industri rumahan rumput laut melalui pelatihan kepada empat kelompok masyarakat.
Di Gili Matra, lokasi favorit turis mancanegara, banyak terumbu karang rusak. Tonny Wagey memaparkan bahwa Coremap berhasil merehabilitasi karang rusak seluas 550.440 meter persegi.
Gili Matra juga menjadi rumah hiu dan beberapa jenis penyu. Dari survei Coremap selama tiga tahun, didapati 140 penyu hijau, 60 penyu sisik, dan beberapa penyu lekang yang hilir mudik di perairan itu. Keberadaan mereka di sana menjadi kabar baik, mengingat status konservasinya terus menurun versi International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).
Kelompok Ekowisata Tramena Dive Center sebagai penerima manfaat Coremap-CTI. Dokumentasi Tramena Dive Center
Hewan-hewan laut tersebut berenang di sekitar terumbu karang yang indah di Gili Matra. Tercatat ada 18 titik penyelaman di tiga nusa tersebut. Coremap-CTI juga mendorong pembentukan pusat pemandu perjalanan wisata selam (dive center) dari perwakilan kelompok sadar wisata (pokdarwis), yang merupakan penduduk Desa Gili Indah yang mendiami kawasan Gili Matra.
Hasilnya, mereka membangun dive center pertama yang dikelola masyarakat lokal setempat. “Selama ini dive center dikelola oleh orang luar pulau,” ujar Safri Mutahid, Ketua Pokdarwis Desa Gili Indah.
Pria berusia 35 tahun itu mengatakan mereka mengusung konsep ecodive yang berbasis konservasi. Mereka mengajak para turis menjadi "orang tua asuh" bagi setiap terumbu karang, dan para pemandu akan mengabarkan perkembangan koral tersebut dari waktu ke waktu. “Ini salah satu upaya kami menjaga kelestarian ekosistem pesisir kami,” ujarnya.
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo