Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo pembaca,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Joko Widodo masih kuat menjelang akhir masa jabatannya pada Oktober tahun ini. Partai-partai coba memberikan jalan ia tetap relevan dalam percaturan politik setelah tak lagi menjadi presiden. Setelah gagal memperpanjang masa jabatan, terganjal merevisi konstitusi untuk tiga periode, kini ada jalan baru melalui Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Ini lembaga zaman Orde Baru yang tugasnya memberi nasihat-nasihat kepada Presiden. Lembaga ini dimatikan pada 2003, seiring mandulnya kewenangan DPA. Dewan Pertimbangan Agung kemudian berubah nama menjadi Dewan Pertimbangan Presiden. Kini lembaga itu hendak dihidupkan lagi melalui revisi Undang-Undang Dewan Pertimbangan Presiden.
Tadinya, sempat ada pemikiran dari anggota DPR, menempatkan Dewan Pertimbangan Agung sebagai lembaga tinggi negara. Dalam draf revisi, posisinya berubah dari lembaga pemerintah menjadi lembaga negara yang kedudukannya setingkat lembaga kepresidenan. Loh, bukankah presiden adalah lembaga tinggi negara?
Belum jelas arah dan keinginan para anggota DPR. Namun, usul perubahan itu datang dari koalisi pendukung Prabowo Subianto. Tentu, partai di belakangnya juga pendukung Jokowi karena anaknya, Gibran Rakabuming Raka, kini jadi wakil Prabowo.
Dewan Pertimbangan Agung adalah gagasan menampung para mantan presiden. Selain Jokowi, di barisan pendukung Prabowo ada Susilo Bambang Yudhoyono. Awalnya, Partai Demokrat yang dipimpinnya berharap bisa menjalin koalisi dengan Anies Baswedan. Namun, mantan Gubernur Jakarta itu malah memilih Ketua PKB Muhaimin Iskandar sebagai pasangan dalam pemilihan presiden. Demokrat pun berlabuh ke Prabowo setelah gagal merapat ke kubu PDI Perjuangan.
Maka muncul gagasan membuat “presidential club” yang akan berisi para mantan presiden. Masalahnya, desain Dewan Pertimbangan Agung tak lagi sama dengan Wantimpres yang anggotanya dibatasi. Anggota DPA tidak terbatas dan bisa dari pelbagai latar belakang. Maka, Prabowo bisa memasukkan siapa saja ke dalam Dewan ini, terutama mereka yang kritis kepada pemerintah. Jokowi sukses “membungkam” para pengkritiknya dengan iming-iming jabatan.
Karena itu para ahli hukum menolak dihidupkannya kembali DPA, apa pun desainnya. Selain memboroskan anggaran negara, DPA bisa dijadikan wadah menampung para pendukung kekuasaan mendapatkan kue kekuasaan. Apalagi, dengan sistem presidensial, Presiden berkuasa penuh dengan kebijakan-kebijakannya. Presiden bisa mengabaikan nasihat Dewan Pertimbangan Agung.
Karena itu, ketimbang membuat DPA yang akan mandul, Prabowo Subianto lebih baik membentuk dewan yang isinya para pengkritik. Biarkan mereka bertugas mengawasi dan mengkritik kebijakan pemerintah sehingga akan terjadi check and balance. Ketika fungsi DPR tumpul karena kepentingan koalisi, Dewan Pertimbangan Agung bisa menghidupkan demokrasi.
Dalam editorial kami menyebut lembaga baru itu sebagai “Dewan Pertimbangan Asoy”. Sebab, demokrasi akan indah jika kekuasaan mendapat kontrol. Selamat membaca.
Bagja Hidayat
Wakil Pemimpin Redaksi
Motif di Balik Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung
Jokowi dan Prabowo Subianto berencana menghidupkan kembali Dewan Pertimbangan Agung. Benarkah Jokowi akan menjadi Ketua DPA?
Saling-silang Fungsi DPA
Konsekuensi dan risiko pembentukan Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Dari masalah anggaran hingga perseteruan lembaga negara.
Hukum
Balik Arah Jamaah Islamiyah
Ide pembubaran Jamaah Islamiyah sudah muncul beberapa tahun belakangan. Belajar tentang jihad dari kitab terbaru dan ulama luar.
Ekbis
Bahan Pengawet Kosmetik dalam Sepotong Roti
Roti Aoka dan Okko diduga mengandung bahan pengawet yang tak diizinkan. Memukul produsen skala kecil-menengah.
Wawancara
Ketua IDI: Dokter Asing Tak Bisa Sembarangan Masuk
Ketua Umum PB IDI Mohammad Adib Khumaidi menjelaskan polemik dokter asing. Menurut dia, perlu ada pengaturan yang ketat.
Olahraga
Dampak Kegemilangan Lamine Yamal dan Nico Williams di Euro Melampaui Sepak Bola
Kecemerlangan bintang muda Lamine Yamal dan Nico Williams menyemarakkan Euro 2024. Wajah baru tim nasional Spanyol.
Baca selengkapnya di Majalah Tempo: