Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY menyampaikan pidato bertema "Muda Adalah Kekuatan". Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Putu Supadma Rudana mengatakan AHY berbicara dalam kapasitasnya sebagai Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mas Agus sudah berkeliling ke puluhan daerah dan selalu ditanya kapan diadakan di Jakarta. Akhirnya Mas Agus menjawab dengan acara bertema 'Muda adalah Kekuatan' ini," kata Putu di Ballroom Djakarta Theater XXI, Jakarta, Jumat, 3 Agustus 2018.
Putu tak menjawab jelas apakah orasi politik AHY malam ini bagian dari upaya Demokrat menjadikannya calon wakil presiden untuk Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden atau pilpres 2019. Dia mengatakan fokus malam ini adalah menjawab aspirasi kelompok milenial.
Putu menambahkan, Demokrat menyerahkan segalanya kepada partai koalisi. AHY, kata dia, sesungguhnya dipersiapkan untuk pilpres 2024.
"(Tetapi) panggilan sejarah apa pun beliau harus siap, tetap siap terpanggil negara," ujarnya.
Ini merupakan orasi politik AHY yang ketiga. Pidato pertama AHY berlangsung dalam acara Rapat Pimpinan Nasional Partai Demokrat pada 11 Maret lalu di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Sebelum berpidato, AHY sempat berada satu panggung dengan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Selama sekitar 40 menit ketika itu, AHY berbicara ihwal target kemenangan Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum 2019. Ia juga sempat memuji kinerja pemerintahan Jokowi.
Orasi politik AHY yang kedua berlangsung pada Juni lalu. Namun, dalam pidato yang digelar di Jakarta Convention Center itu, AHY justru lebih banyak mengkritik kinerja pemerintahan Jokowi. Putra sulung SBY ini menyampaikan pidato yang dikemas dengan tema "Dengarkan Suara Rakyat".
AHY menyinggung pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintahan Jokowi. Namun dia pun mempertanyakan program revolusi mental yang dianggap tak seiring dengan pembangunan infrastruktur itu.