Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Demi Lima Peso dan Refleksi Kesenjangan Gender

Masih ada eksploitasi terhadap perempuan, terutama korban di banyak media.

11 Desember 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alarm pagi membangunkan ibu tiga anak itu, disusul putri sulungnya Marcela. Tak ada waktu untuk bermanja, apalagi bermalas-malasan. Waktu seperti bergegas hendak meninggalkan setiap kesempatan untuk mendapatkan uang.

Demi lima peso, Marcela harus membantu sang ibu bertahan hidup di satu sudut negeri Argentina. Demi lima peso pula, Marcela harus kehilangan kesempatan belajar dan waktu bermain. Dia tenggelam oleh beban mengurus adik, rumah-gubuk, tepatnya-dan bekerja di terminal bus.

Siang dan malam terus berganti dalam bekapan tekanan kemiskinan yang sama. Di tempat kerjanya, sang ibu mendapati tumpukan pekerjaan rumah tangga, dari mencuci piring yang bertumpuk-tumpuk, membersihkan rumah, hingga menjaga remaja putri majikannya yang seusia Marcela.

Tak sekadar menjaga, ibu Marcela juga diminta oleh sang putri majikan untuk mendongengkan cerita. Sebuah hal yang tak pernah dilakukannya sebagai ibu untuk putrinya sendiri. Adapun Marcela yang lolos dari ancaman pemuda berandal akhirnya jatuh dalam perdayaan seorang petugas terminal. Gadis cilik itu menjadi korban pemerkosaan.

Begitulah sepenggal kisah Marcela dan keluarganya dalam film berjudul Five Peso. Kisah remaja Marcela ini diputar di sela acara Pelatihan Promosi CEDAW-Convention on the Elimination of all Discrimination Against Women-Melalui Budaya Adil Gender bagi Media, yang diselenggarakan oleh Solidaritas Perempuan, di Hotel Imawan, Kamis lalu. Pesertanya adalah sejumlah jurnalis dan pegiat lembaga swadaya masyarakat di Makassar.

Menurut Dewi Tjakrawinata, Co-founder CEDAW Working Group Indonesia-sebuah jaringan organisasi perempuan yang memonitor pelaksanaan konvensi CEDAW-Marcela menghadapi perlakuan yang berbeda dari ibunya. Seperti halnya dalam kisah Fatima, yang juga mendapatkan perlakuan berbeda dalam kehidupan keluarga dan pendidikan, dia mengatakan, apa yang dialami Marcela masih banyak terjadi di Indonesia. "Masih ada kesenjangan," katanya.

Sepanjang sejarah, Dewi mengatakan, patriarki bermanifestasi dalam berbagai bentuk kehidupan sosial, politik, legal, dan ekonomi dengan berbagai bentuk organisasi. Feminisme menganggap patriarki sebagai sistem sosial yang tidak berkeadilan yang opresif terhadap perempuan karena konsep gender hadir, mengacu pada konstruksi sosial yang membedakan perempuan dan laki-laki.

Dewi menjelaskan, prinsip utama dari CEDAW ada tiga poin, yakni kesetaraan substantif, non-diskriminasi, dan kewajiban negara. "Pelatihan ini sendiri dimaksudkan agar media bisa turut membantu dengan menghadirkan tulisan-tulisan yang adil gender," katanya.

Pegiat kesetaraan gender, Luviana, mengatakan bahwa media saat ini masih melakukan stereotip, diskriminasi, dan kekerasan. Diskriminasi masih terjadi dalam bentuk pembatasan, eksploitasi, dan melakukan kekerasan terhadap perempuan. Di media, bentuknya terlihat dalam konten semisal tayangan atau gambar di media cetak atau televisi. "Masih ada eksploitasi terhadap perempuan terutama korban," katanya.

Dalam pelatihan ini, Luvi juga memaparkan hasil konferensi di Beijing +20, di mana salah satu poinnya mengharuskan pemerintah membangun dan mengeluarkan kebijakan untuk literasi media. Pemerintah juga diminta menjamin agar ada partisipasi perempuan dalam politik, sosial, ekonomi, dan budaya di media.


Agenda Komunitas

-Indonesia Oto Expo
Tempat: Mal Ratu Indah
Waktu: 5-14 Desember 2014

-Launching Antologi Puisi Profesor Ahmad Sewang
Pembahas: Ishak Ngeljaratan, Aswar Hasan dan M. Sabri A.R.
Tempat: Gedung Rektorat Lantai 4 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Waktu: 11 Desember 2014

-Festival Sinema Prancis 2014
Tempat: Rumata' Art Space
Waktu: 12-13 Desember 2014

-Bonzer Goes To School
Tempat: SMA/SMK di Kota Makassar
Waktu: 13 Desember 2014

-Opera Van Tun "Ta'bangkaku"
Tempat: Baruga A.P. Pettarani, Universitas Hasanuddin
Waktu: 13 Desember 2014

-Diskusi Refleksi Haul John Lennon dan Hari HAM Sedunia
Tempat: Warkop Caffegraher di Jalan Sungai Saddang
Waktu: 13 Desember 2014

-Kelas Craft Membuat Pernak-Pernik Cantik dari Kantong Kresek
Tempat: Gedung BaKTI di Mappanyukki
Waktu: 19 Desember 2014

-Pementasan Drama Bahasa Inggris "Let's Sing Mamma Mia" oleh Community Of Literature (CORE) FBS Universitas Negeri Makassar
Tempat: Auditorium RRI Makassar
Waktu: 20 Desember 2014

-Rock In Celebes
Tempat: Makassar
Waktu: 20-21 Desember 2014

-Lovely December
Tempat: Toraja
Waktu: 27 Desember 2014

***

Infokan agenda kampus, budaya, dan kegiatan komunitas Anda ke nomor 0813 5536 9005 atau e-mail [email protected].

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus