Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan Indonesia akan fokus pada tiga pembahasan utama dalam sidang Presidensi G20 . Tiga aksi konkret itu adalah inklusifitas penanganan kesehatan, transformasi digital, dan transisi menuju suistanable energy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mahendra mengatakan hal ini merupakan pesan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan bisa membahas semua isu, untuk itu perlu fokus utama pembicaraan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tidak akan menyelesaikan masalah dunia, tapi jika bisa diselesaikan konkret akan memberikan kontribusi yang luar biasa, dari kondisi pandemi maupun pemulihan ekonomi, isu pemerataan, dan pembangunan berkelanjutan," kata Mahendra dalam siaran persnya, Kamis, 2 Desember 2021.
Mahendra menyatakan, saat ini terjadi anomali di tingkat dunia dalam menghadapi pandemi. Di satu sisi terjadi krisis global yang berdampak terhadap ekonomi serta sosial sehingga perlu kebersamaan. "Di lain pihak juga terjadi krisis kepemimpinan global sehingga menyulitkan penyelesaian pandemi," katanya.
Selain itu, Mahendra menegaskan saat ini juga terlalu banyak politisasi seperti vaksin dan obat. Menurutnya, dengan politik yang bebas aktif, Indonesia diharapkan dapat berperan mengatasi krisis global.
Dia menyebut Presiden Jokowi memberikan contoh kepemimpinan melalui aksi nyata atau konkret. "Presiden Joko Widodo memiliki hubungan baik dengan semua pemimpin dunia, sehingga bisa menjembatani perbedaan kepentingan," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Pengamat CSIS Indonesia, Dandi Rafritandi mengatakan posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 merupakan kebanggaan bagi warga negara. Tahun depan dianggap tahun yang sangat strategis. Terutama tema yang diangkat adalah tentang pemulihan. Pemulihan ini tidak hanya saja dari sisi ekonomi, tapi juga dari sisi kesehatan, perdagangan, kesehatan, maupun pembangunan. Ini merupakan pemulihan yang komprehensif.
"Tahun depan merupakan kontribusi terbesar Indonesia. Bagaimana kita bisa melahirkan kembali kerja sama-kerja sama yang dari beberapa tahun lalu mulai pudar akibat pandemi Covid-19. Seperti vaccine nationalism atau vaccination rate di negara yang kurang berkembang masih sangat rendah.
Dandi Rafritandi menyarankan agar Indonesia mampu menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dalam forum G20. Jika tidak bisa diselesaikan oleh G20, maka hal ini akan mengancam pemulihan yang berkelanjutan ke depannya. "Tidak ada negara yang bisa pulih secara utuh jika tidak bersama-sama dengan negara lain,"