Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kerusuhan 22 Mei, Said Aqil Ingatkan Perpecahan di Timur Tengah

"Kepentingan kelompok mari dilebur menjadi kepentingan bersama," kata Said Aqil mengingatkan sehubungan dengan kerusuhan 22 Mei.

24 Mei 2019 | 07.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj mengecam kerusuhan 22 Mei yang digelar Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat. Menurut dia, seluruh pihak harus berbesar hati menerima hasil rekapitulasi suara dari Komisi Pemilihan  Umum. "Ini sifat negarawan yang harus kita tunjukkan, kepentingan utama negara, keutuhan negara. Jangan kepentingan kelompok, jangan apa-apa sesaat tapi keberlangsungan keutuhan negara," ujar dia di Kantor PBNU, Jalan Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Mei 2019.

Dia meminta masyarakat melihat dan belajar dari perpecahan dan kerusuhan yang terjadi Afghanistan dan Timur Tengah. "(Selama) 40 tahun Afghanistan perang saudara, padahal 100 persen beragama Islam."

Baca juga: Kerusuhan 22 Mei, Wiranto: Kami Sudah Tahu Dalang Aksi Tersebut

Di Timur Tengah, kata Said, sudah 1,5 juta orang mati di Irak, Yaman, Libya, Suriah apalagi. Apa kita model begitu. "Naudzubillah."

Menurut Said, rakyat Indonesia harus menunjukkan kepada dunia bahwa umat islam Indonesia paham berdemokrasi, paham bernegara. "Ngerti bernegara oleh karena itu kepentingan kelompok mari dilebur menjadi kepentingan bersama," kata dia mengingatkan sehubungan dengan kerusuhan 22 Mei di Jakarta.

Baca juga: Ikut Aksi 22 Mei, FPI Diberi Pesan soal Jihad oleh Quraish Shihab

Ia mengatakan jika mengidolakan Nabi Muhammad seharusnya menjadi umat yang menjunjung tinggi perdamaian, mengajak keharmonisan satu sama lain, maka hormatilah kesucian dan  kemuliaan bulan suci Ramadan, "Syahrul Quran, bulan Alquran, bulan rohmah, bulan syafaat, bulan syafaat berkah. Jangan dikotori dengan tindakan yang merusak, atau mengganggu."

Kalau di pesantren Nahdatul, kata Said Aqil, memberikan contoh bahwa para santri berlomba-lomba menghatamkan kitab. Menurut dia, kiai dengan santrinya di bulan Ramadan menjadikan kesempatan yang baik untuk mendalami, mengembangkan, memperluas, dan mengembangkan agama.  "Eh di Jakarta ribut. Alhamdulillah Pesantren tidak terkontaminasi."

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus