Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Irawati Puteri merupakan mantan sales promotion girl (SPG) chicken nugget yang berhasil meraih beasiswa S2 di Stanford University, Amerika Serikat. Ia mendapat beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Cerita perjalanan hidupnya viral setelah ia mengunggah surat pernyataan diterima di Stanford lewat akun Twitternya pada akhir Februari lalu.
Perempuan yang akrab disapa Ira ini berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mampu. Ira mengatakan orang tuanya bekerja serabutan. Kepada Tempo pada Senin, 27 Februari lalu, Ira bercerita untuk menutupi biaya hidup sehari-hari, ia bekerja sebagai SPG, pembawa acara, guru les, hingga membuka jasa terjemahan. Pekerjaan itu dilakukan Ira waktu dia duduk di bangku SMA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baginya, mengajar merupakan kegiatan yang awalnya lahir dari kebutuhan ekonomi. Namun, dari menjadi guru les, ia menyadari bahwa memiliki ketertarikan terhadap isu pendidikan, yang sekarang menjadi fokusnya di jenjang S2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dapat Keringanan dan Beasiswa Sejak SMA hingga Kuliah
Ira merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia memulai kuliahnya pada 2015 dan lulus pada 2020. Sebelum menjadi mahasiswi FH UI, ia pernah memenangkan lomba debat tingkat SMA saat sekolah di SMA 1 BPK Penabur Jakarta. Lomba debat itu yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UI.
Uang hadiah lombanya ia gunakan untuk mendaftar tes seleksi masuk UI. Karena dapat mengikuti tes berkat lomba di FH UI, ia memutuskan masuk jurusan hukum sebagai pilihan pertamanya.
Meski kuliah di UI dan SMA Penabur yang notabene biayanya mahal, Ira mengatakan mendapat bantuan keringanan untuk membayar biaya sekolah. "SMA aku dapat keringan biaya lalu aku juga sudah bisa bayar dari hasil mengajar," kata Ira.
Di UI, dirinya mendapat beasiswa BCA dan peningkatan prestasi akademik. Dia juga mendapat Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BOP-B).
Semasa kuliah, Ira juga masih bekerja dan lanjut mengajar. Ia mendapat tawaran kerja di firma hukum dan mulai bekerja di semester 7. Hal tersebut ia jalani secara bersamaan hingga lulus kuliah. Buntutnya, Ira lulus sedikit terlambat dibanding teman-temannya yang lain.
“Aku lulus dari FH UI sebenarnya terlambat karena aku mesti bekerja dan menyelesaikan skripsi yang membutuhkan proses panjang," ujarnya.
Meski lulus dalam waktu 4,5 tahun kuliah, Ira telah banyak meraih prestasi lomba debat. Dia bahkan menjadi ketua di organisasi debat FH UI.
Alasan Mengambil Jurusan Pendidikan di Stanford
Program yang ia ambil di Stanford adalah International Education Policy Analysis yang berfokus pada analisis kebijakan pendidikan.
Program ini hanya menerima sekitar 20 mahasiswa per angkatan dari seluruh dunia. Selain itu, ia juga sempat diterima di tiga sekolah hukum bergengsi di Amerika Serikat, yaitu di Cornell University, University of Pennsylvania, dan University of Michigan.
Saat ditanya alasan memilih Stanford di bidang pendidikan, ia menjelaskan bahwa Stanford menerapkan lintas jurusan. Artinya, walaupun terdaftar di satu fakultas, mahasiswa tetap dapat mengambil mata kuliah dari fakultas lainnya.
Menurutnya, memilih sekolah pendidikan di Stanford dengan opsi lintas ke bidang ilmu lain akan lebih sesuai dengan perannya sekarang. Dengan jalur yang dipilih, ia dapat mempunyai perspektif hukum, kebijakan, dan pendidikan, hingga dapat memberi dampak yang lebih besar.
Sekarang, ia sedang bekerja sebagai Legal and Policy Manager di GovTech Edu, vendor di bawah Grup Telkom yang bermitra dengan Kementerian Pendidikan. Tugasnya di sana membuat desain-desain kebijakan dan memberi masukan kepada Kementerian Pendidikan atas kebijakan pendidikan di Indonesia dari segi hukum.
Tips Raih S2 di Luar Negeri
Ira membagikan tips bagi mahasiswa yang ingin mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri. Hal pertama yang ia sebutkan adalah cari informasi beasiswa sebanyaknya atau melakukan riset. Ia mengatakan informasi beasiswa dapat dicari di internet hingga bertanya pada orang lain yang sudah diterima S2. “Jadi, harus lebih mandiri dalam mencari informasi,” pesannya.
Kedua, harus mencari tujuan diri dan kontribusi yang akan diberikan untuk Indonesia sebelum mendaftar S2. “Lebih baik tahu dulu diri kita sendiri mau apa dan tahu bagaimana memprioritaskan S2 dibanding hal lain," ujarnya.
Bagi Ira, saat pertama kali kerja lima tahun lalu ia belum pernah memikirkan untuk lanjut pendidikan S2. Sebab, Ira masih memikirkan kebutuhan ekonomi keluarga saat itu.
“Memang butuh waktu untuk kemudian bisa meluangkan waktu, bisa meluangkan tenaga dan fokus untuk mengurus S2. Tunggu waktu yang tepat, enggak usah buru-buru," ujarnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.