Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto belum memberikan pernyataan soal pengganti Miftah Maulana Habiburrahman sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan yang mundur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Antara, meskipun Prabowo menghargai keputusan pengunduran diri Miftah, spekulasi bermunculan bahwa Ustad Adi Hidayat menjadi salah satu kandidat potensial untuk posisi tersebut. Namun, hingga pertengahan pekan ini, belum ada konfirmasi resmi mengenai hal itu, sementara Presiden memastikan akan mencari pengganti yang tepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Nanti kita cari ya, nanti kita cari (pengganti Miftah Maulana), “ Ucap Presiden Prabowo kepada awak media di teras Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat, 6 Desember 2024.
Ustad Adi Hidayat lahir pada 11 September 1984 di Pandeglang, Banten, merupakan putra pasangan Warso Supena dan Rafi’ah Akhyar. Sejak kecil, ia dikenal sebagai siswa teladan dengan prestasi gemilang di sekolah formal maupun madrasah.
Pendidikan menengahnya dilanjutkan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, di mana ia mendalami pengetahuan agama sekaligus ilmu umum secara seimbang. Di bawah bimbingan guru utamanya, Buya K.H. Miskun as-Syatibi, ia sering mewakili pesantren dalam kompetisi syarah Al-Qur’an tingkat provinsi.
Ia kemudian melanjutkan studi di Fakultas Dirasat Islamiyyah, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pada 2005, ia mendapat undangan untuk melanjutkan pendidikan di Kulliyyah Dakwah Islamiyyah, Tripoli, Libya, tempat ia mempelajari berbagai disiplin ilmu Islam, termasuk Al-Qur’an, hadis, fikih, dan bahasa Arab.
Setelah menyelesaikan studinya di Libya pada 2011, UAH kembali ke Indonesia dan mulai mengasuh Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Hikmah di Lebak Bulus. Pada 2013, ia mendirikan Quantum Akhyar Institute, sebuah lembaga yang berfokus pada pengembangan studi Islam dan dakwah.
Tahun 2016 menjadi momentum penting baginya dengan peluncuran Akhyar TV sebagai media dakwah digital. Kanal ini, bersama YouTube Adi Hidayat Official, menjangkau jutaan jamaah di seluruh dunia. Melalui platform ini, UAH menghadirkan konten dakwah yang mudah dipahami dan relevan dengan tantangan zaman.
Program-program unggulan seperti Sekolah Terbuka UAH dan 30 Hari Hafal Al-Qur'an menjadi bukti komitmennya dalam membangun generasi Muslim yang berilmu dan berakhlak.
Dedikasi UAH dalam bidang dakwah dan pendidikan telah diakui melalui berbagai penghargaan, termasuk dua gelar doktor honoris causa:
Bidang Dakwah Islam Internasional dari Passion International University of America (2019).
Bidang Manajemen Pendidikan Islam dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (2023).
Sebagai seorang penulis, ia telah menghasilkan lebih dari 12 karya ilmiah, termasuk Quantum Arabic Metode Akhyar (2011) dan Muslim Zaman Now: Hafal Al-Qur’an dalam 30 Hari (2018).
Tidak hanya aktif di dalam negeri, UAH juga memiliki peran signifikan di tingkat internasional. Pada 2021, ia memimpin penggalangan dana Rp30 miliar untuk Palestina. Pada 2024, ia menjadi pemateri utama dalam Festival Turats Islami di Malaysia, mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
UAH dikenal dengan gaya dakwah yang sederhana dan mudah dipahami. Namun, perjalanan dakwahnya tidak lepas dari kontroversi, seperti klaim bahwa Kapitan Pattimura adalah seorang muslim bernama Ahmad Lussy, serta pandangannya tentang larangan musik dalam Islam yang memicu perdebatan di kalangan ulama.
Ustad Adi Hidayat menikah dengan Shufairok, asal Lasem, Rembang, dan dikaruniai lima anak. Kehidupan pribadinya yang harmonis menjadi inspirasi bagi banyak jamaahnya.