Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAYA membaca wawancara TEMPO dengan Pak Darpo edisi 23-29 Maret 1999, isinya sangat menggugah pengusaha muda dan membanggakan para pengusaha veteran. Saya baru tahu sejarah lengkap Pak Darpo dalam perjuangan kemerdekaan dan membina bisnis.
Hanya saya sangat kecewa dan terkejut membaca bahwa saya tergolong orang kaya Indonesia di samping Liem Sioe Liong.
Menurut saya, saya sama dengan Pak Darpo, saya tidak sekaya yang Pak Darpo bayangkan, tidak melarat, tidak kelebihan, hanya memang sama dengan Pak Darpo. Saya sangat jarang menolak jika ada yang memerlukan bantuan untuk rumah sakit, kesulitan hidup, yatim-piatu, dan lain-lain. Karena saya tidak sampai hati menolak, saya dianggap kaya.
Sewaktu saya merangkap jabatan Kepala Bulog, saya melarang staf saya minta fee atau apa pun namanya dari anggota-anggota INSA (Indonesia National Shipowners’ Association).
Saya sendiri tidak pernah diberikan sumbangan oleh INSA dan khusus kapal INSA saya memberikan tarif yang lebih tinggi US$ 2 per ton dibandingkan dengan kapal-kapal asing, dengan maksud agar kapal-kapal Indonesia dapat berkembang.
Saya harap Pak Darpo dapat mengubah kembali pendapat masyarakat, agar orang jangan bertubi-tubi berdatangan ke rumah/kantor saya untuk meminta bantuan. Yang jelas ada seseorang datang meminjam uang dengan membawa Majalah TEMPO.
Pak Darpo, selamat berbahagia. Semoga diberikan umur panjang oleh Allah swt. Tetap sebagai teman, walaupun saya agak tersinggung.
BUSTANIL ARIFIN
Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo