Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Berita Tempo Plus

Mandi anti-nyamuk

Dua penelitian vgm yogya membuat sabun anti-nyamuk. diuji coba di banguntapan bantul. cocok untuk orang desa karena harganya murah.

30 Januari 1993 | 00.00 WIB

Mandi anti-nyamuk
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WANGI tidak, cantik pun jauh. Kemasannya lebih dekat ke sabun cuci, kasar dan bersahaja. Tentu saja sabun jenis baru dari Yogya ini tak berani sesumbar: dipakai para bintang film atau membuat kulit selembut batu pualam. Namun sabun yang satu ini punya khasiat khusus: anti-nyamuk. Sabun anti-nyamuk ini adalah hasil penelitian dua dosen Fakultas Kedokteran UGM Yogya, Adi Heru Sutomo dan Moektihardjo, yang rampung awal Januari lalu. Hasilnya, ''Sabun ini sangat bermanfaat untuk daerah yang masih endemis malaria,'' ujar Adi Heru Sutomo. Segala macam nyamuk enggan mendekati pemakai sabun itu. Sabun ini diracik mirip sabun cuci, dicampur larutan bahan insektisida Diethyl toluamine (DT). Sabun antiserangga itu kemudian dibawa oleh Adi dan Moekti ke Banguntapan, Kabupaten Bantul, Selatan Yogya -- daerah ini termasuk banyak nyamuk -- untuk diuji coba. Kedua dokter UGM itu meraciknya dengan tiga dosis DT, yakni 0%, 10%, dan 15% . Di Banguntapan sabun itu dibagikan kepada 42 orang responden. Mereka diminta menggunakannya setiap mandi pagi dan sore tiga hari berturut-turut. Karena sabun itu mengandung insektisida, para sukarelawan tak boleh menggunakannya ke bagian muka atau permukaan kulit yang luka. Mengukur kegarangan nyamuk secara kuantitatif rupanya tak mudah. Dalam penelitian ini tim dari Fakultas Kedokteran UGM itu mencoba menanyai jumlah gigitan nyamuk pada setiap responden, baik pada periode malam atau siang. Tapi data yang sahih tak terungkap. Maklum, gigitan nyamuk semalaman kadang tak meninggalkan bekas di pagi hari. Untuk menganalisa penelitiannya, tim UGM ini terpaksa mengevaluasi kesan-kesan dari para responden. Hasilnya rupanya seperti yang diharapkan. Sabun yang lunak itu sanggup membuat nyamuk-nyamuk mati kutu. Nyamuk tak berani mendekati orang yang telah ''sakti'' oleh sabun itu. Dosis DT, menurut penelitian, berpengaruh nyata terhadap tingkat keampuhannya. Sabun dengan DT 15% lebih ditakuti nyamuk dibandingkan dengan yang kandungannya 10%. Namun Adi Heru Sutomo mengakui bahwa sabunnya tak bisa melindungi semalaman. ''Perlindungan secara efektif hanya 3-5 jam,'' ujarnya. Memang masih banyak kekurangan dari sabun yang diracik di lab teknologi farmasi kampus UGM Bulaksumur itu. Sebagian responden menganggap sabun itu kurang wangi, perlu parfum. Sebagian lain menyayangkan karena sabun itu tak berbusa melimpah. Di luar itu ada keluhan lebih serius: sabun ini mengakibatkan kulit terasa panas beberapa menit. Tapi Dr Marhaban, dosen farmasi UGM yang terlibat dalam pembuatan sabun ini, menjawab bahwa rasa panas pada kulit itu bukan gara-gara bahan insektisida DT. Sabun itu diracik dengan formula sabun cuci. Kadar sodanya relatif tinggi. ''Kalau dibuat dengan formula sabun mandi, DT akan membuat sabun itu terlalu lunak.'' Sabun ini cuma satu pilihan melawan nyamuk. Baik Adi Heru maupun Moekti tak menganggap bahwa obat nyamuk bakar, semprot, atau oles yang ada di pasaran kurang efektif. Berdasarkan pengamatannya pada beberapa desa endemi malaria di Ja-Teng, sebagian warga desa tak memakai obat anti-nyamuk itu. ''Karena mereka tak mampu membeli,'' ujarnya. Kendati belum dikalkulasi, kedua peneliti UGM itu yakin bahwa sabunnya, kalau diproduksi secara massal, lebih murah dibandingkan dengan obat-obat anti-nyamuk. Maklum, semiskin-miskinnya orang desa, mereka mandi dengan sabun wangi. PTH dan R. Fadjri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus