Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim akeolog menemukan jejak struktur prasejarah mengelilingi monumen kuno Durrington Walls yang terletak 1,9 mil sebelah timur laut Stonehenge di Inggris. Penemuan itu memunculkan dugaan kalau 4.500 tahun lalu, pekerja di zaman Neolithic menggali banyak lubang atau parit membentuk sebuah lingkaran berdiameter 1,2 mil dengan tujuan khusus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dimuat dalam jurnal Internet Archaeology, hasil temuan tim arkeolog gabungan sejumlah universitas itu menduga kalau lubang-lubang tak sekadar tempat pembuangan atau kolam biasa. Teknik survei menggunakan teknologi magnetometri dan radar pemetaan struktur di balik permukaan tanah mendapati mereka tak hanya seragam tapi juga memiliki pola yang lebih luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim penelitinya menemukan sisa 20 dari dugaan jumlah awal 30 lubang yang dibangun mengelilingi Durrington Walls di masa Neolithic. Masing-masing lubang memiliki kedalaman lima meter dan diameter 10 meter.
Vicent Gaffney, satu anggota tim arkeolog, mengatakan kalau area sekitar Stonehenge termasuk lanskap arkeologis yang paling banyak dipelajari di muka Bumi. "Dan ini sangat luar biasa, dengan aplikasi teknologi baru kami masih bisa membuat penemuan struktur prasejarah yang besar, lebih besar daripada situs prasejarah lain yang pernah ditemukan, setidaknya di Inggris," kata dia.
Karena Durrington Walls berada tepat di tengah, para arkeolog menduga lubang-lubang itu sebagai batas dari keliling tanah yang dianggap keramat oleh populasi saat itu. Seperti diketahui, Durrington Walls selama ini dikenal sebagai lokasi bermukim mereka yang membangun Stonehenge. Di dalamnya juga terdapat monumen prasejarah kedua, yakni Larkhill, sebuah struktur melingkar terbuat dari kayu berusia 1.500 tahun lebih tua daripada Stonehenge.
Arkeolog menemukan rangkaian lubang kuno mengelilingi situs prasejarah Durrington Walls, tak jauh dari Stonehenge, di Inggris. Photo by Vincent Gaffney, et al./Internet Archaeology/EDINA Digimap Ordnance Survey Service
"Durrington Walls adalah kunci untuk menguak cerita lebih luas dari lanskap Stonehenge, dan temuan mengejutkan ini menawarkan kita pemahaman baru tentang kehidupan dan keyakinan nenek moyang di zaman Neolithic," kata Nick Snashall, arkeolog dari National Trust.
Sementara Stonehenge selama ini diposisikan dalam relasi titik koordinat terjauh matahari di belahan bumi utara (musim panas) dan belahan bumi selatan (musim dingin), temuan baru terhadap rangkaian lubang yang melingkari Durrington Walls bisa jadi membawa ke keyakinan kuno tentang fenomena kosmos yang lebih besar.
Belum jelas apakah deretan lubang itu dimaksudkan untuk menuntun orang-orang pada masa itu menuju ke monumen atau malah menjauhkan mereka. Tapi, dari lubang atau parit itu memunculkan dugaan monumen-monumen yang ada menjadi bagian dari sebuah tradisi budaya dan kepercayaan yang meluas. “Kelihatannya fitur yang terisolasi menunjukkan terkait dan penting bagi cerita kemunculan lanskap ritual,” kata Chris Gaffney, ahli arkeologi geofisika di Bradford University.
Di antara landmark paling terkenal di Inggris itu, batu-batu yang berdiri di Stonehenge menarik wisatawan dari seluruh dunia serta orang-orang yang mencari koneksi spiritual dengan masa lalu. Hingga kini, tujuan pasti dari berdirinya situs itu masih belum diketahui oleh para ahli arkeologi.
UPI | REUTERS