Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengingatkan ihwal ancaman dampak buruk perkembangan teknologi AI atau artificial intelligence di Indonesia. Utamanya potensi menggeser kebutuhan industri terhadap penyediaan tenaga kerja. Diperkirakan akan menggerus 83 juta lapangan kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pesatnya perkembangan teknologi AI akan menggeser kebutuhan skill dan jenis pekerjaan," kata Budi dalam agenda Google AI Menuju Indonesia Emas 2024 di Jakarta pada Senin, 3 Juni 2024. "Sebanyak 83 jenis pekerjaan diproyeksikan akan hilang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi tidak merinci ihwal pekerjaan apa saja yang potensial lenyap. Dia hanya mengingatkan bahwa penting bagi masyarakat untuk mengikuti pengembangan teknologi AI. Terutama dalam membangun keterampilan. Tak terkecuali kesadaran diri untuk berpikir kritis agar tetap bertahan di tengah gempuran teknologi.
Menurut dia, Indonesia dan negara berkembang lainnya jangan sampai hanya menjadi pelanggan atau pengguna dari teknologi AI. Negara berkembang juga mesti menyiapkan sumber daya manusia yang ahli sebagai pengembang teknologi.
"Jadi tidak hanya terbatas sebagai pengguna atau followers saja," ucap Budi. Dia menyebut pengembangan teknologi AI perlu berlandaskan pada tiga aspek; yaitu penyiapan sumber daya manusia, kebijakan ekosistem teknologi AI, dan penciptaan platform untuk mendorong kolaborasi yang inklusif.
70 Persen ASN Tak Siap Transformasi Digital
Budi turut menyinggung perihal kesiapan Indonesia untuk transformasi digital menuju Indonesia Emas 2045. Khususnya bagi aparatus sipil negara atau ASN. Dari data yang kementeriannya, hanya 30 persen ASN yang siap bertransformasi digital. Sedangkan 70 persen sisanya dianggap Budi belum melek terhadap perkembangan teknologi.
"Penelitian terakhir kami agak menyedihkan, karena ASN Indonesia saat ini hanya 30 persen yang siap beradaptasi terhadap transformasi digital. Jadi masih banyak pekerjaan yang harus kita benahi," ujar Budi.
Lebih lanjut, Budi menilai transformasi digital berkaitan erat dengan perkembangan AI. Pemerintah beserta masyarakat diharapkannya mampu untuk berkolaborasi dalam menggunakan dan memantau teknologi AI yang kini berkembang. Menurut dia, langkah ini bisa dilakukan dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.
"Transformasi digital berpotensi mendorong Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Di mana teknologi harus dioptimalkan untuk mendorong ini, misalnya pengembangan AI, sebab survei yang kami dapatkan menunjukkan 55 persen perusahaan global sudah menggunakan AI pada lini bisnis mereka," ucap Budi.