Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Bumi Manusia, Banyak Dilamar Sutradara Tapi Tak Kunjung Difilmkan

Berbagai nama sutradara dari dalam maupun luar negeri datang dan pergi menawarkan diri untuk mengangkat kisah Bumi Manusia dalam film

25 Mei 2018 | 14.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta -Sempat muncul kabar ada nama sejumlah sutradara disebut akan menggarap film yang diadaptasi dari novel pertama dari tetralogi karya sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia. Menurut anak ketiga almarhum Pram, Astuti Ananta Toer, nama-nama seperti sutradara asing Oliver Stone dan dalam negeri Anggy Umbara sempat menyatakan tertarik untuk mengangkat Bumi Manusia ke medium film. Usai ditunggu lama, belum ada yang merealisasikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bapak berpikir, kenapa orang Indonesia enggak mau bikin film saya? Kalau ada, ini (yang akan digarap sutradara asing) saya batalkan,” kata Astuti mengisahkan dalam konferensi pers bersama tim sineas Film Bumi Manusia di Studio Alam Gamplong, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Kamis, 24 Mei 2018 malam.

Bahkan beberapa produser saat itu diketahui Astuti lebih banyak membicarakan soal untung rugi. “Itu saya enggak suka,” kata Astuti yang akhirnya memberikan izin memfilmkan novel tersebut kepada Hanung Bramantyo dan Falcon Pictures.

Dalam wawancara terpisah dengan Tempo, Astuti mengatakan keinginan Pram untuk memfilmkan novelnya itu muncul usai dibebaskan dari penjara di Pulau Buru. “Kalau sudah ke layar lebar, itu kan berarti suatu pengakuan (atas karya-karya Pram),” kata Astuti.

 Dia pun meyakini, memfilmkan novel-novel Pram lebih mudah. Lantaran setiap Pram membuat cerita dalam novelnya seperti membuat kisah di film. “Kalau baca bukunya Pram, imajinasi pembaca seperti di film,” kata Astuti.

Hanung Bramantyo yang akhirnya menyutradarai film tersebut mulai tahun ini membenarkan. Hanung mengisahkan penolakan Pram saat dia menyatakan diri akan menyutradarai film Bumi Manusia. Saat itu, Hanung baru kuliah semester II Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kenekatannya hanya berbekal pengalamannya pernah membaca novel itu semenjak SMA yang kemudian diulanginya ketika kuliah.

 “Pram ketawa. Bung, novel ini sudah ditawar oleh (Oliver Stone). Ini masih saya pertimbangkan. Maaf, jika saya terkesan tidak mempertimbangkan mahasiswa seperti bung. Karena saya orang yang hidup dari menulis. Jadi mohon bung bisa mengerti saya,” kata Hanung menirukan Pram saat itu.

Produser Falcon Pictures, Frederica mengungkapkan pihaknya telah mempunyai izin lisensi novel tersebut untuk difilmkan sejak 2014. Namun saat itu, dia belum merilis siapa yang akan dipilih untuk menyutradarainya. Hingga menunggu empat tahun kemudian novel Bumi Manusia difilmkan. “Karena tak mudah produksinya, tingkat kesulitan dan risetnya, juga pembangunan set yang cukup besar,” kata Frederica yang berencana akan melanjutkan penggarapan film dari novel tetratologi Pulau Buru itu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus