Meski teruji lebih ramah lingkungan dibanding mobil berbahan bakar bensin, tetapi mobil listrik masih mendapat keraguan terkait ketahanan. Berdasarkan survei yang dilakukan Ernst & Young pada 2022 di sejumlah negara, 33 persen responden mengaku ragu membeli mobil listrik lantaran ketahanan jarak tempuhnya dalam sekali cas, terbesar kedua setelah kekurangan fasilitas pengecasan (34 persen).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meski demikian, data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan bahwa jarak tempuh mobil listrik dengan kondisi baterai penuh terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2021, IEA mencatat bahwa rata-rata jarak tempuh mobil listrik dengan kondisi baterai penuh adalah 349 kilometer. Jarak tersebut lebih panjang dari perjalanan Jakarta-Bandung pulang pergi dengan mobil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tempo pernah beberapa kali menguji ketahanan baterai mobil listrik yang dirilis Hyundai, yakni Ioniq 5. Mobil tersebut diuji coba dengan menempuh jarak Jakarta-Puncak pulang pergi sepanjang 134 kilometer, dan Jakarta-Bandung.
Ketahanan baterai mobil listrik terus mengalami peningkatan hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2010. Saat itu, IEA mencatat bahwa rata-rata jarak tempuh mobil listrik dengan kondisi baterai penuh hanya 127 kilometer. Namun situs Visual Capitalist mencatat bahwa jarak tersebut masih kalah dari mobil berbahan bakar bensin, yang memiliki nilai tengah (median) ketahanan sepanjang 665 kilometer dengan kondisi tangki penuh.
Namun perlu digarisbawahi bahwa ketahanan baterai mobil listrik juga dipengaruhi berbagai faktor. Jarak yang dapat ditempuh dengan baterai penuh dapat berkurang 12 persen apabila berkendara pada suhu di bawah -6,7 derajat Celsius, namun dapat meningkat 41 persen jika pemanas dalam kendaraan dinyalakan. Faktor lain ialah kecepatan berkendara, serta kondisi lalu lintas.

Faisal Javier