DONALD Trump kembali menjabat Presiden Amerika Serikat hari ini. Ia resmi dilantik di Gedung Kongres AS (US Capitol), Washington DC pada hari Senin, 20 Januari 2025 pukul 12 siang waktu setempat atau Selasa, 21 Januari 2025 dini hari pukul 00.00.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi berdampak pada perdagangan global, termasuk Indonesia. Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII), Putu Rusta Adijaya menyebut bahwa moto “America First” yang diusung Trump akan menghasilkan dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia karena kebijakan perdagangannya yang proteksionisme. Trump berencana menaikkan sekitar 10-20 persen tarif barang-barang impor yang masuk ke Amerika
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Riset yang dilakukan Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan dampak kebijakan Donald Trump terhadap perdagangan Indonesia tidak terlalu signifikan dibanding negara-negara Asia Pasifik lainnya. Cina, Jepang, dan Vietnam diprediksi menjadi tiga negara Asia paling terdampak oleh kebijakan tarif Trump. Bahkan Trump berjanji mengenakan tarif 60 persen atau lebih pada impor barang-barang Cina.
Cina, Jepang, dan Vietnam merupakan salah tiga negara penyumbang defisit neraca perdagangan bagi AS. Negeri Tirai Bambu bahkan merupakan penyumbang defisit perdagangan AS terbesar, yakni hingga sekitar US$ 381 miliar.
Sedangkan Indonesia tidak tercantum dalam data kinerja perdagangan AS yang disajikan Bureau of Economic Analysis. Beberapa negara yang tidak dapat ditemukan dalam tabel yang disajikan termasuk dalam kategori negara lainnya (all other countries). Badan Pusat Statistik mencatat bahwa AS mencatat defisit neraca dagang dengan Indonesia pada 2023 senilai US$ 11,97 miliar.
Namun, apabila kebijakan tarif barang impor berlaku tanpa pengecualian, maka hal tersebut akan berdampak bagi perdagangan Indonesia. Untuk diketahui, komoditas ekspor unggulan Indonesia ke Amerika pada 2022 dan 2023 meliputi produk-produk seperti mesin dan peralatan listrik, garmen, lemak dan minyak hewan atau nabati, alas kaki, dan produk hewan air. Sebagian dari produk tersebut merupakan produk industri.
Tarif impor tentu menyebabkan barang asal Indonesia akan lebih mahal di pasar AS, sehingga berpotensi mengurangi daya kompetitifnya. Padahal industri pengolahan memiliki pangsa jumlah pekerja relatif besar di Indonesia. Terdapat 13,28 persen pekerja Indonesia yang bekerja pada sektor tersebut pada 2023.
sumber: Kadin
Faisal Javier