Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah calon gubernur memasang gambar Prabowo Subianto pada baliho selama kampanye.
Gerindra menilai sah-sah saja apabila mereka memasang alat peraga kampanye bergambar Ketua Umum Partai Gerindra.
Biasanya calon kepala daerah lebih dikenal di daerahnya masing-masing sehingga tidak perlu dipromosikan oleh tokoh nasional.
GAMBAR presiden terpilih Prabowo Subianto terpampang pada baliho pasangan calon Andra Soni dan Dimyati Natakusumah. Baliho pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten ini terpasang di sejumlah titik di Jalan Raya Serang, dari Bitung hingga Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Spanduk dan baliho yang berjejer tidak hanya memasang foto asli Andra-Dimyati serta Prabowo. Gambar animasi Ketua Umum Partai Gerindra yang diolah dengan sentuhan kecerdasan buatan juga terpasang bersama pasangan calon Andra Soni-Dimyati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain gambar Prabowo, alat peraga kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten nomor urut 2 ini menyematkan lambang sejumlah partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus. Partai-partai yang tergabung dalam KIM plus sebagai pendukung Andra-Dimyati antara lain Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Demokrat.
Calon Gubernur Banten nomor urut 2, Andra Soni (tengah), menyapa pendukung di Lebak, Banten, 28 September 2024. ANTARA/Muhammad Bagus khoirunas
Tempo sudah meminta konfirmasi kepada Dimyati Natakusumah perihal apakah pemasangan gambar Prabowo menjadi salah satu strategi mereka untuk menaikkan elektabilitas. Namun pesan dan panggilan telepon Tempo ke nomor Dimyati melalui aplikasi perpesanan belum direspons hingga berita ini ditulis.
Meski begitu, dalam kesempatan terpisah, Andra Soni mengatakan akan memakai semua strategi dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Banten. Dia juga menegaskan bakal menerapkan cara serta kiat untuk mendulang suara demi memenangi pemilihan Gubernur Banten.
Pasangan calon Andra Soni-Dimyati dipastikan melawan pasangan calon Airin Rachmi dan Ade Sumardi yang disebut memiliki elektabilitas tinggi di Banten. “Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik. Sayangi Bantenmu, pilih nomor 2,” kata Andra saat menghadiri pengundian nomor urut di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, Senin, 23 September 2024.
Airin, yang juga politikus Partai Golkar, adalah mantan Wali Kota Tangerang Selatan, Banten. Pasangan Airin-Ade diusung Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan lima partai nonparlemen.
Dalam pilkada Banten, pasangan calon Andra Soni-Dimyati mendapat undian nomor urut 2. Dimyati bersyukur mendapat nomor urut 2 karena sama seperti nomor urut pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden. “Alhamdulillah kami dapat nomor urut 2. Prabowo nomor 2 dan menang,” ucap Dimyati di kantor KPU Banten pada Senin, 23 September 2024.
Andra Soni, Ketua DPD Partai Gerindra Banten, dan Dimyati Natakusumah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PKS, mendaftar ke KPU Banten pada 29 Agustus 2024. Dimyati menuturkan dia dan Andra Soni sempat dipanggil oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sehubungan dengan pemilihan Gubernur Banten 2024. "Ada arahan dari Pak Probowo untuk memanggil kami," ucap Dimyati. Menurut dia, arahan Prabowo dalam pembicaraan mereka bertujuan untuk membahas strategi pemenangan dalam pemilihan Gubernur Banten.
Popularitas Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih juga dimanfaatkan oleh sejumlah pasangan calon dalam kontestasi pilkada di daerah lainnya. Pasangan calon Gubernur Jawa Barat dan wakilnya, Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan, misalnya, menggunakan warna biru langit yang identik dengan Prabowo pada baliho mereka. Tim sukses pasangan ini merancang baliho kampanye pasangan Dedi-Erwan dengan warna biru langit, warna saat pasangan Prabowo-Gibran berkampanye dalam pemilihan presiden.
Juru bicara tim pemenangan Dedi-Erwan, Bucky Wikagoe, mengatakan sosok Prabowo memang tidak bisa dilepaskan dari pasangan Dedi dan Erwan. Ia mengatakan pasangan Dedi-Erwan berkomitmen untuk melaksanakan program kerja presiden terpilih Prabowo Subianto apabila menang dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat. “Prabowo punya program unggulan yang harus dilaksanakan, dan yang paling menyeruak itu kan makan siang bergizi. Sebagai calon kepala daerah, Dedi dan Erwan harus punya visi yang sama dengan presiden,” ujar Bucky saat dihubungi Tempo, Jumat, 11 Oktober 2024.
Baliho dan spanduk kampanye calon Wali Kota Bandung dan calon Gubernur Jawa Barat di kawasan Cicaheum, Bandung, Jawa Barat, 25 September 2024. TEMPO/Prima mulia
Bucky mengatakan pengaruh Prabowo di Jawa Barat memang masih diandalkan oleh pasangan calon yang diusung oleh Gerindra. Menurut dia, Jawa Barat merupakan kantong suara Gerindra dan Prabowo sehingga pengaruh Prabowo sangat besar. “Dari hasil survei juga pengaruh Prabowo masih cukup tinggi,” ujarnya.
Pemasangan baliho bergambar Prabowo juga dilakukan oleh Rudy Susmanto-Jaro Ade, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bogor, Jawa Barat. Pasangan nomor urut 1 ini diusung Partai Gerindra.
Rudy Susmanto adalah mantan ajudan Prabowo yang diminta mencalonkan diri sebagai Bupati Bogor. Bulan lalu, pamflet Jaro Ade-Rudy dengan gambar Prabowo sempat terlihat di sepanjang Jalan Raya Cisarua hingga Puncak, Kabupaten Bogor.
Rudy menegaskan dia mencantumkan visi dan misi yang sejalan dengan pesan Prabowo Subianto. Salah satunya meningkatkan kualitas pendidikan dengan membangun Universitas Tegar Beriman di Kabupaten Bogor. “Membangun Universitas Tegar Beriman ini sesuai dengan pesan presiden terpilih sekaligus Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto," ujar Rudy Susmanto pada 14 September 2024 seperti dikutip Antara.
Pasangan calon Bupati Bogor dan calon Wakil Bupati Bogor, Rudy Susmanto (kiri) dan Ade Ruhandi, saat mendaftarkan diri di kantor Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor, Cibinong, Jawa Barat, 29 Agustus 2024. ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Partai Gerindra memang menjadi partai dengan suara tertinggi dalam pemilihan legislatif Jawa Barat. Partai berlambang burung Garuda ini memenangi 20 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat dengan 4,3 juta suara sah. Adapun dalam pilpres 2024, pasangan Prabowo-Gibran menang telak di Jawa Barat dengan perolehan 16,8 juta suara atau 58,5 persen.
Perolehan suara dan kursi DPRD di Jawa Tengah, seperti dilansir Antara, menunjukkan bahwa partai politik pengusung Prabowo dan Gibran, seperti Partai Gerinda, menambah jumlah kursi di DPRD, yakni dari 13 kursi menjadi 17 kursi. Partai Golkar menjadi 17 kursi yang semula hanya meraih 12 kursi. Partai Demokrat bertambah dua kursi dari lima kursi menjadi tujuh kursi.
Spanduk Prabowo Subianto di Jalan Cihampelas, Bandung, Jawa Barat, September 2023. TEMPO/Prima Mulia
Adapun Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra saat dimintai konfirmasi menampik tudingan bahwa strategi memasang foto Prabowo pada baliho sejumlah calon kepala daerah untuk membonceng popularitas presiden terpilih. Ketua Harian Pengurus Pusat (DPP) Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan pasangan calon yang memakai foto Prabowo memang calon yang direkomendasikan Gerindra.
Dasco menilai sah-sah saja apabila mereka memasang alat peraga kampanye bergambar ketua umum atau lambang Gerindra. “Jadi jangan dibilang membonceng popularitas. Itu adalah salah satu strategi para calon dari penugasan partai,” ujar Dasco melalui aplikasi perpesanan kepada Tempo, kemarin.
Tak Serta-merta Meningkatkan Elektabilitas
Menanggapi hal tersebut, peneliti dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan sulit menghubungkan kepentingan nasional dengan kepentingan daerah. Menurut dia, atribusi Prabowo Subianto pada calon kepala daerah tidak akan berpengaruh besar karena pilkada umumnya lebih banyak didukung oleh tokoh lokal. “Masyarakat lebih terpengaruh oleh tokoh agama atau tokoh masyarakat di daerah asal. Itu lebih berpengaruh daripada tokoh nasional,” kata Usep saat dihubungi Tempo, kemarin.
Kendati begitu, Usep menilai calon kepala daerah memang bisa memanfaatkan popularitas figur nasional apabila calon tersebut kurang terkenal. Namun hal ini jarang terjadi karena biasanya calon kepala daerah lebih dikenal di daerahnya masing-masing sehingga tidak perlu di-endorse atau dipromosikan oleh tokoh nasional. “Prabowo akhirnya yang paling banyak pengaruhnya karena secara realistis Prabowo-lah yang nanti berkuasa dan mempengaruhi keputusan-keputusan untuk daerah,” ujarnya.
Istilah yang kerap didengar adalah efek ekor jas atau pengaruh sang tokoh dalam kontestasi pemilihan. Efek ini tidak selalu serta-merta berpengaruh pada tingkat keterpilihan atau elektabilitas partai politik peserta pemilu, meski pasangan calon memenangi pilpres 2024.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan penggunaan atribut Prabowo tidak akan menjadi faktor dalam penentuan kemenangan, terutama di daerah yang sudah diketahui sebagai lumbung suara Prabowo sejak awal. Menurut Yunarto, kalaupun berpengaruh, jumlahnya hanya sekitar 20 persen. “Bukan faktor dominan tokoh nasional yang mempengaruhi kemenangan. Faktor dominannya adalah personal branding atau reputasi calon kepala daerah tersebut,” kata Yunarto saat dihubungi pada Jumat, 11 Oktober 2024.
Kendati begitu, Yunarto menyebutkan pemakaian gambar Prabowo memang cenderung terjadi pada level pemilihan gubernur. Sebab, fungsi gubernur adalah mewakili langsung pemerintahan pusat sehingga dianggap bisa secara langsung mendapatkan alokasi anggaran. Namun, Yunarto menegaskan, hal itu kembali bergantung pada daerah masing-masing. "Faktor ketokohan calon tersebut menjadi hal yang lebih berpengaruh,” katanya.
Yunarto menilai pemasangan baliho Prabowo oleh pasangan calon tidak serta-merta menaikkan elektabilitas. Dia menjelaskan, calon kepala daerah yang diusung Prabowo tentunya secara langsung sudah mendapat efek limpahan elektabilitas dari kedekatannya dengan Prabowo. Namun elektabilitas pasangan calon belum tentu termasuk pemilih dari Gerindra. "Jadi semua itu harus dihitung juga,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Joniansyah (Tangerang) dan Iqbal T. Lazuardi (Bandung) berkontribusi dalam penulisan artikel ini.