Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
|
Pertama, Abdurrahman Wahid sebagai kepala pemerintahan memang tak lagi dipercayai oleh sebagian besar responden. Ini bisa dipahami bila kita melakukan flashback, melihat kembali proses terpilihnya Gus Dur sebagai presiden. Ia menjadi pilihan satu-satunya untuk meredam konflik massa. Memang, sesudah B.J. Habibie mengundurkan diri dari pencalonan, mestinya bila Mega terpilih, tak akan reaksi dari pendukung Habibie. Masalahnya, yang tak menghendaki Mega naik bukan cuma pendukung Habibie, melainkan juga, misalnya, mereka yang merasa bahwa presiden wanita masih belum pantas. Selanjutnya adalah bagaimana meredakan amarah pendukung Mega. Bersedianya Mega menjadi wakil presiden, meski baru berhasil setelah lobi banyak pihak dengan intensif, tak terlepas dari siapa presidennya. Sulit membayangkan Mega bersedia menjadi wakil presiden bila presidennya bukan Gus Dur.
Jadi, pilihan terbaik saat ini memang mengalihkan tugas-tugas pemerintahan kepada Mega. Masalahnya, sejauh ini, Mega sebagai wakil presiden belum juga menunjukkan kualitas kepemimpinannya. Ini tak jadi soal benar bila ia bisa membentuk kabinet yang kompak dan berkualitas. Bila kabinet Mega bisa menunjukkan kinerja yang baik dalam waktu singkat, dukungan kepadanya pasti naik. Pertanyaannya kini, bagaimana kualitas kabinet baru pekan depan, dan benarkah itu kabinet Mega.
Jajak Pendapat Pekan Depan: Reshuffle kabinet baru akan diumumkan pada 24 atau 25 Agustus. Salah satu masalah adalah perampingan kabinet. Kini, kabinet beranggotakan lebih dari 30 menteri. Tim tiga (Susilo Bambang Yudhoyono, Erna Witoelar, dan Ryaas Rasyid) yang ditunjuk presiden kini sedang menggodok berapa banyak menteri idealnya. Kami mengajak Anda ikut berpendapat, sebaiknya kabinet kita terdiri atas berapa menteri: kurang dari 20 menteri, 21-30 menteri, atau lebih dari 30 menteri. Silakan Anda sampaikan pendapat Anda di www.tempo.co.id |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo