Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Membasmi Malaria Sejak Awal Siklus

Siklus hidup parasit dimulai ketika nyamuk menularkan sporozoite kepada manusia.

14 Desember 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obat malaria dibuat untuk menurunkan gejala sakit setelah terinfeksi. Cara kerjanya, mencegah parasit berkembang biak di aliran darah. Hanya, obat itu tak bisa mencegah infeksi atau pun transmisi penyakit melalui nyamuk. Yang menjadi masalah, parasit malaria kini makin imun terhadap obat-obatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Telah banyak penelitian dilakukan untuk membuat obat malaria, dari akin hingga aspirin. Obat membuat Anda merasa lebih sehat, tapi akar masalahnya tak teratasi," kata Elizabeth Winzeler, profesor farmakologi dan obat-obatan di University of California San Diego School of Medicine, Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam studi yang dipublikasikan pada 7 Desember lalu di jurnal ilmiah Science, Winzeler dan timnya mencoba pendekatan lain: memusnahkan parasit malaria pada fase awal kehidupannya. Tujuannya agar parasit tersebut tak menyebar dan menginfeksi hati atau berkembang biak dalam darah yang menyebabkan sakit.

Tim ilmuwan menghabiskan waktu dua tahun untuk mengekstrak parasit malaria dari ratusan ribu nyamuk. Tim memanfaatkan teknologi robot untuk menguji lebih dari 500 ribu senyawa kimia yang dapat mematikan parasit malaria pada awal masa hidupnya. Setelah diuji, mereka mendapatkan 631 senyawa yang layak digunakan.

Untuk menguji senyawa tersebut, Winzeler lantas meminta bantuan para koleganya yang tergabung dalam komunitas ilmuwan. "Karena kami tidak mematenkannya, para ilmuwan di seluruh dunia bisa menguji coba efektivitas senyawa ini dan mengembangkannya menjadi obat antimalaria," ucap Winzeler.

Malaria kebanyakan disebabkan parasit Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax yang dibawa nyamuk. Siklus hidup parasit dimulai ketika nyamuk pembawa parasit tersebut menularkan sporozoite ke manusia saat mengisap darah.

Beberapa sporozoite dapat menyebabkan infeksi hati. Setelah berkembang biak di sana, parasit keluar dan menginfeksi sel darah merah. Saat itulah orang yang terinfeksi mengalami gejala malaria, seperti demam tinggi, menggigil, dan sakit kepala. Ketika parasit dalam darah itu tersedot nyamuk lain, saat itulah orang lain yang sehat dapat tertular.

Untuk mencegah penularan kepada para peneliti, dalam studinya, Winzeler menggunakan parasit Plasmodium berghei yang hanya dapat menginfeksi tikus. Sejawatnya di New York telah mengirim beberapa sampel nyamuk yang membawa parasit tersebut. "Dalam sepekan, kami dapat menguji 20 ribuan senyawa," ujarnya.

Sporozoite tersebut direkayasa untuk menghasilkan luciferase, enzim yang membuat kunang-kunang dapat bercahaya. Para peneliti lalu menggunakan teknologi robot dan gelombang suara untuk menambahkan sedikit senyawa kimia, satu senyawa untuk satu sporozoite.

Dalam studi ini, para peneliti mencari senyawa yang dapat memadamkan cahaya tersebut. Dengan begitu, mereka dipastikan dapat mematikan parasit itu dan mencegahnya berkembang biak. Mereka juga menguji senyawa tersebut untuk mematikan spesies Plasmodium lain pada awal siklus kehidupan.

"Mungkin terasa repot ketika Anda harus meminum obat antimalaria setiap hari di daerah endemik," tutur Winzeler. "Komunitas peneliti malaria sejauh ini sangat kolaboratif dan mau membagi data dan sumbernya. Itu membuat saya optimistis kami akan menemukan obat antimalaria yang ampuh hingga akarnya."

Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), kasus malaria merebak dengan cepat, terutama di 13 negara, termasuk Madagaskar, Nigeria, dan Republik Kongo. Pada 2017, terdapat 219 juta kasus malaria, lebih banyak dua juta kasus dari tahun sebelumnya. Pada 2017, sekitar 435 ribu orang meninggal akibat malaria. SCIENCEDAILY | EMEDICINE | WHO | FIRMAN ATMAKUSUMA


Siklus Hidup Malaria

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus