Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Lainnya

Kisah Stadio Olimpico, Lapangan Tanding Perdana Euro Cup 2020

Euro Cup 2020, pertandingan sepak bola se-Eropa, telah berlangsung dengan pertandingan perdananya di Stadio Olimpico, Roma.

12 Juni 2021 | 16.05 WIB

Kemeriahan upacara pembukaan Euro 2020 di Stadio Olimpico, Rome, Italia, 11 Juni 2021. REUTERS/Mike Hewitt
Perbesar
Kemeriahan upacara pembukaan Euro 2020 di Stadio Olimpico, Rome, Italia, 11 Juni 2021. REUTERS/Mike Hewitt

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Euro Cup 2020, pertandingan sepak bola se-Eropa, telah berlangsung dengan pertandingan perdananya di Grup A pada Jumat, 11 Juni 2021, Turki melawan Italia di Stadio Olimpico, Roma yang berakhir dengan skor 0-3.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Turnamen Euro Cup musim 2020 tidak hanya digelar di satu negara sebagaimana pada pertandingan musim-musim sebelumnya. Turnamen sepak bola untuk negara se-Eropa ini akan digelar di 11 negara berbeda. Italia menyiapkan Stadio Olimpico sebagai sarang timnasnya saat berlaga kandang di kejuaraan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Stadion Olimpico merupakan salah satu stadion sepak bola tertua di dunia dan telah dibangun sejak 1937. Pada masa-masa awal, stadion yang juga menjadi kandang bagi Lazio dan AS Roma ini dinamai Stadio dei Cipressi. Stadio dei Cipressi kemudian direnovasi pada Desember 1950 dan diganti namanya menjadi Stadio dei Centomila dan diresmikan 1953 dengan kapasitas 100 ribu penonton.

Nama Stadio dei Centomila kemudian diubah lagi saat Olimpiade Musim Panas 1960 menjadi Stadio Olimpico. Nama tersebut tidak pernah diganti lagi dan bertahan hingga saat ini, namun kapasitas stadion ini dipotong menjadi 70.634 kursi penonton. Stadio Olimpico adalah tempat utama Kejuaraan Euro 1968, di mana ia menjadi tuan rumah pertandingan untuk tempat ketiga dan final antara Italia dan Yugoslavia dengan skor 2-0.

Stadio Olimpico digunakan sebagai lapangan tanding dua kali laga final Liga Eropa, yaitu yang pertama pada tahun 1977 antara Liverpool dan Borussia Mönchengladbach 3-1 dan yang kedua pada tahun 1984 antara LEAGI Liverpool dan AS Roma 1-1.

Stadion Olimpico direnovasi kembali dengan menambahkan atap pada 1988 untuk persiapan Piala Dunia 1990 di Italia, menghasilkan kapasitas 53.000 kursi. Kemudian, pada tahun 1989, Olimpico kembali melakukan renovasi sebagai bentuk persiapan Piala Dunia 1990 di Italia, menghasilkan kapasitas 74.000 kursi dan dilengkapi dengan atap. Saat itu Stadion Olimpico dipercaya untuk menggelar partai final Jerman Barat melawan Argentina dengan skor 0-1. Stadion ini juga menjadi tuan rumah final Liga Champions 1996, Juventus dan Ajax 1-1.

Dalam perjalanannya mengiringi sejarah sepak bola Eropa, Stadio Olimpico memang kerap menjadi lapangan tanding dalam laga-laga bergengsi, pada 2009 Stadion Olimpico juga dijadikan tempat gelaran final Liga Champions 2009, antara Barcelona dan Manchester United 2-0. Jauh hari sebelum itu, Stadion Olimpico juga pernah menggelar dua kali Piala Eropa 1968 dan 1980, itu artinya Stadion kebanggaan rakyat Italia ini telah tiga kali menjadi lapangan laga Piala Eropa.

Stadio Olimpico memangsebagai rumah bagi SS Lazio dan AS Roma. Dua kali dalam satu musim, colosseum modern ini menjadi lokasi salah satu rivalitas terberat sepak bola Italia. Namun, yang kurang terkenal adalah sejarah kelam di balik arena olahraga ikonik ini. Sederhana namun megah, kompleks olahraga Roma ini, disebut juga Foro Italico, dipenuhi dengan ikonografi fasis. Patung marmer setinggi lima belas kaki yang menggambarkan atlet Italia berotot dalam berbagai pose semi-erotis. Obelisk setinggi 50 kaki yang bertuliskan “Mussolini Dux”, merupakan monumen terbesar yang masih ada untuk pemimpin fasis Italia Benito Mussolini, sebagai latar belakang.

Dibangun antara tahun 1928 dan 1938, kompleks Foro, yang mencakup Stadio Olimpico, Roma, dirancang dengan gaya khas era fasis. Terinspirasi oleh forum Romawi pada zaman kekaisaran, forum ini dirancang oleh Enrico Del Debbio dan, kemudian Luigi Moretti. Arsitektur fasis mendapat inspirasi dari bangunan Romawi klasik, tetapi sementara desain Romawi memiliki detail hiasan dan tepi yang membulat, bangunan fasis umumnya dingin dan terlarang. 

HENDRIK KHOIRUL MUHID

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus