Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepindahan Jordan Hendeson dari Al Ettifaq ke Ajax pada bursa transfer Januari ini menjadi salah satu berita yang menyedot perhatian penggemar sepak bola. Sebab, gelandang Inggris itu baru enam bulan lalu bergabung dengan klub Liga Arab Saudi itu setelah berpisah dari Liverpool yang dibelanya selama 12 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Henderson pindah ke Saudi pada Juli lalu dengan kontrak tiga tahun. Dia bersatu kembali dengan Steven Gerrard, mantan rekan setimnya di Liverpool yang menjadi manajer Al Ettifaq.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, pemain berusia 33 tahun itu memutuskan pindah ke klub Eredivisie dengan menandatangani kontrak berdurasi 2,5 tahun, setelah mencapai kesepakatan bersama untuk mengakhiri kontraknya di Al Ettifaq.
Kepindahan ini membuatnya kehilangan gaji besar. Diperkirakan setidaknya gajinya akan berkurang sekitar 350.000 pound sterling per pekan, dibandingkan ketika bermain untuk klub Arab Saudi.
"Ini dalah tahun yang sulit bagi klub (Ajax) di dalam dan luar lapangan, tapi itu saja dengan yang terjadi pada saya dalam enam bulan terakhir," kata Henderson dalam wawancara yang dirilis klub Belanda itu.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada klub, para penggemar dan semua yang terlibat atas kesempatan ini dan mendoakan yang terbaik untuk sisa musim ini," ujarnya dalam pernyataan yang dirilis klub lamanya, Al Ettifaq. "Banyak kerja keras yang saya tahu akan membuahkan hasil di masa depan."
Ettifaq berada di urutan kedelapan Liga Pro Saudi setelah serangkaian hasil buruk. Menyusul kepergian Henderson, klub itu mengumumkan perpanjangan kontrak Gerrard sebagai pelatih hingga 2027.
Henderson menghadapi reaksi keras karena keputusannya pindak ke Arab Saudi karena catatan hak asasi manusia yang buruk di negara itu, termasuk undang-undang yang menyatakan homoseksualitas adalah ilegal dan dapat dihukum mati.
Di satu sisi, pemain Inggris itu adalah aktivis yang vokal menyuarakan komunitas LGBTQIA+ sebelum kepindahannya itu dan berjuang untuk membenarkan keputusannya dalam wawancara dengan The Atletic pada September lalu. Dia menegaskan bahwa dia tak semata-mata termotivasi karena uang, tetapi juga menikmati kesempatan untuk menjadikan Liga Saudi sebagai salah satu kompetisi terbaik di dunia.
Meski kepindahannya itu tidak membuatnya kehilangan tempat di timnas Inggris di bawah Gareth Southgate, Henderson mendapatkan cemooh dari pendukung negaranya di Stadion Wembley.
Mantan kapten Liverpool itu diharapkan bisa membantu Ajax setelah awal yang sulit bagi mereka. Saat ini, mereka menempati peringkat kelima klasemen Eredivisie, dengan 23 poin di belakang pemuncak PSV Eindhoven.
"Kami ingin gelandang berpengalaman dengan kualitas kepemimpinan," kata pelatih Ajax, John van 't Schip dalam rilis klub. "Selain karena cedera, kami juga mencari seseorang yang bisa segera berada di sana. Jordan Henderson adalah pemain seperti itu."
"Kedatangannya berarti peningkatan besar dalam kualitas seleksi kami. Pesepak bola sekaliber ini penting bagi banyak pemain muda, baik di dalam maupun di luar lapangan," ujarnya menambahkan.
"Dia adalah pemain internasional Inggris dan telah memenangkan Liga Champions dan banyak trofi lainnya bersama Liverpool. Saya senang dengan kedatangannya dan saya pikir sangat baik bagi klub kami bahwa dia menjadi pemain Ajax mulai hari ini."
ESPN, MIRROR
Pilihan Editor: Lionel Messi dan Luis Suarez Masuk Skuad Inter Miami untuk Laga Persahabatan di El Salvador