Terbukanya jendela dunia dimulai dari pemenuhan kebutuhan akses digital. Dengan adanya akses digital yang memadai, maka peluang suatu daerah untuk memaksimalkan potensi terbaiknya semakin besar. Hal ini turut mendorong percepatan arus informasi, sehingga masyarakat akan dengan mudah mengakses berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia dan bertransformasi menjadi masyarakat digital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keberadaan akses digital dalam bentuk internet yang mumpuni menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. Namun, tidak untuk daerah yang tergolong 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Terbukti dari survei APJII pada 2018, pengguna internet dengan persentase yang paling tinggi masih di pulau Jawa dengan jumlah pengguna 95,3 juta jiwa dan Sumatera sebanyak 36,9 juta jiwa. Dengan jumlah sebanyak ini, terdapat ketimpangan besar dengan Maluku dan Papua yang hanya sebanyak 18,6 juta jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akses digital saat ini menjadi aspek penting penghubung masyarakat. Dengan begitu, orang-orang dapat dengan mudah terkoneksi satu sama lain. Tidak perlu menjelajah tempat yang jauh dan bersusah payah melewati kota seperti sudah menjadi impian banyak orang dengan akses internet rendah. Ini yang menjadikan Lintasarta berkomitmen untuk mendorong percepatan digitalisasi hingga ke pelosok negeri. Melalui program BAKTI yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, Lintasarta turut berkontribusi dalam penyediaan layanan internet di Papua Barat dalam wadah Konsorsium Lintasarta-Huawei-SEI.
Presiden Direktur Utama Lintasarta Arya Damar pun menyampaikan misi perusahaan untuk mewujudkan kemajuan digitalisasi di Indonesia. “Ini menjadi suatu kebanggaan bagi kami dan teman-teman semua jika kita bisa mendukung misi pemerintah untuk membuka akses internet bersama para pelaku industri lainnya. Dimulai dengan keterlibatan kami pada program BAKTI untuk membangun base transceiver station (BTS) 4G di Papua Barat, kami melanjutkan misi digitalisasi kami di sana melalui program CSR Gawai, yaitu penyediaan laptop, fasilitas jaringan internet, handphone, proyektor, dan perangkat penunjang digital lainnya untuk berbagai sekolah,” ujar Arya.
Tentu bukan hal yang mudah untuk terlibat dalam pembangunan akses internet di daerah terpencil yang didominasi oleh perairan. Ini yang menjadi tantangan bagi Tim Teknis Lintasarta ketika ingin melakukan instalasi internet. Namun, hal itu bukan menjadi halangan bagi tim untuk mewujudkan pemerataan internet di sana. Hal ini pun didukung oleh Frits Feliks Dimara selaku Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Raja Ampat. Frits mengatakan bahwa untuk memberi akses internet membutuhkan perhitungan yang matang. “Tidak mudah akses mereka ke lokasi. Banyak gangguan seperti ombak, angin, dan badai. Namun, saya bersyukur bahwa Tim Teknis terus berupaya untuk menuju ke sana,” ungkap Frits.
Terbukanya akses internet yang lebih mumpuni turut dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Kampung Mumes. Kepala Kampung Mumes, Marten Melki Mambrasar, mengaku sangat terbantu dengan adanya pembangunan berbagai infrastruktur digital yang berdampak pada meningkatnya kualitas akses internet di kampung mereka. Akses informasi pun menjadi lebih mudah dijangkau bagi masyarakat, terutama untuk para pelajar dan guru sekolah.
“Kami turut bangga bahwa cita-cita kami untuk mendukung pembangunan daerah di sini dapat terwujud melalui pembukaan akses internet,” ujar Mochti Siswoyo selaku Area Representative Lintasarta Sorong. Mewujudkan akses internet di seluruh pelosok negeri kini memang menjadi salah satu komitmen utama Lintasarta. Dengan adanya akses internet yang memadai, masyarakat dapat mencapai potensi terbaik wilayahnya dalam banyak hal, termasuk dalam bidang pariwisata, pendidikan, serta arus informasi.