Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian pakar menganjurkan untuk tidak berolahraga berat saat menjalani perawatan kesuburan seperti bayi tabung karena berisiko yang tidak diinginkan. Menurut laman Popsugar, ahli endokrinologi reproduksi dan spesialis infertilitas di Aspire Houston Fertility Institute, Rhiana Saunders, melarang olahraga berat dan gerakan memutar yang membebani otot perut seminggu menjelang dan setelah pengambilan sel telur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Selama waktu ini, ovarium sering sangat terangsang dan membesar, yang dapat membuat orang berisiko mengalami torsi ovarium (kondisi yang tidak umum tetapi serius, yang menyebabkan ovarium dan terkadang tuba falopi terpelintir pada jaringan yang menopangnya)," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saunders menyarankan pilihan latihan berdampak rendah seperti yoga (tetapi tanpa inversi), tai chi, peregangan, dan berjalan kaki beberapa kali seminggu. Perlu diingat setiap orang berbeda, jadi beberapa orang mungkin perlu menghentikan total aktivitas fisik selama perawatan, tergantung bagaimana kondisi fisik mereka.
"Hal ini terutama berlaku karena kembung, kelelahan, dan ketidaknyamanan umum terjadi setelah prosedur," kata pakar endokrinologi reproduksi di RMA New York, Anate Brauer. "Langkah pertama untuk IVF dan pembekuan sel telur adalah stimulasi ovarium, yang mengakibatkan pertumbuhan beberapa folikel yang menampung sel telur dan saat ovarium membesar, mereka juga menjadi lebih berat, yang meningkatkan risiko ovarium terpelintir dan memutus pasokan darahnya sendiri."
Pilih olahraga ringan
Selain itu, jika tidak biasa berolahraga secara teratur sebelum menjalani perawatan kesuburan, Saunders menyarankan tidak memulainya sekarang karena saat memulai program latihan ada masa otot terasa nyeri dan menyebabkan penumpukan asam laktat, yang dapat memicu peradangan. Hal ini kemudian memberi tekanan tambahan pada tubuh sekaligus berpotensi mengganggu keseimbangan hormon dan ovulasi.
"Respons pasien terhadap obat stimulasi dipantau secara ketat selama perawatan. Jadi, jika seseorang diketahui memiliki kista ovarium atau hiperstimulasi (respons berlebih terhadap kelebihan hormon yang dapat menyebabkan ovarium membengkak), dokter mungkin menyarankan olahraga berdampak sangat rendah, seperti berjalan kaki atau mungkin tidak berolahraga sama sekali," papar Saunders.
Meski demikian, olahraga diketahui dapat mengurangi tingkat stres dan bagi yang menjalani perawatan kesuburan, mengelola stres merupakan bagian yang sangat penting dari proses tersebut, kata Saunders. Brauer mendukung pernyataan ini dengan mencatat olahraga merupakan penghilang stres yang hebat karena menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan produksi endorfin, yang pada akhirnya meningkatkan suasana hati dan mendorong relaksasi.
Olahraga ringan seperti berjalan, bersepeda, dan berenang juga cara yang bagus untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengatur kadar hormon karena keduanya sangat terpengaruh selama perawatan.