Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Cukupkah Kalori Makan Bergizi Gratis Mencegah Stunting

Kalori makan bergizi gratis jauh di bawah Angak Kecukupan Gizi. Hanya mencegah malnutrisi. 

10 Januari 2025 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Siswa SMPN 138 menikmati makanan bergizi gratis pada pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cakung, Jakarta Timur, 7 Januari 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Makan bergizi gratis mulai bergulir di sejumlah sekolah pada 6 Januari 2025 sebagai cara pemerintah mencegah stunting.

  • Dokter spesialis anak menyebutkan tengkes merupakan dampak kekurangan gizi di masa kandungan hingga usia balita, bukan usia sekolah.

  • Kelompok rawan gizi belum tersentuh program makan siang gratis: ibu hamil dan ibu menyusui.

DAIHATSU Gran Max putih itu memasuki kompleks sekolah Barunawati di Jalan Slipi III, Slipi, Jakarta Barat, Kamis, 9 Januari 2025, pukul 11.37. Minibus ini mengangkut ratusan paket makan untuk program makan bergizi gratis untuk siswa Sekolah Menengah Pertama 1 Barunawati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejurus kemudian, para siswa sekolah di bawah Yayasan Sekar Laut Pelni itu beramai-ramai membuka kotak makan mereka. Isinya nasi putih, sayur capcai, tahu, dan telur ayam plus jeruk. "Bagaimana menunya hari ini? Enak?" kata Hadijah, Kepala SMP 1 Barunawati. "Enaaaak," jawab siswa serempak sembari mengintip isi misting. Mereka baru menyantapnya saat istirahat setelah salat zuhur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepada Tempo, Hadijah mengatakan proyek pemerintah ini tak hanya menguntungkan siswa, juga orang tua. "Setelah ada makan bergizi gratis, hampir 90 persen anak-anak tidak membawa bekal makanan lagi," ujarnya di lokasi.

Makan bergizi gratis—sebelumnya disebut makan siang gratis—merupakan janji kampanye Presiden Prabowo Subianto. Dimulai pada Senin, 6 Januari 2025, proyek ini menjadi andalan mencegah stunting atau tengkes.

Stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi dan infeksi berulang. Dengan prevalensi sebesar 21,5 persen, angka stunting di Indonesia tergolong buruk.

Di tingkat Asia Tenggara, hanya Timor Leste yang memiliki prevalensi stunting lebih buruk daripada Indonesia. “Memberi makan bergizi untuk seluruh anak-anak Indonesia, termasuk yang masih dalam kandungan ibu dan selama masa sekolah, adalah jawaban untuk segera menuntaskan masalah stunting," kata Prabowo, dikutip dari situs web Sekretariat Negara.

Dengan menu bervariasi, makan bergizi gratis diklaim memasok 300 kalori untuk siswa sekolah dasar dan 600 kalori untuk siswa SMP. Padahal, menurut Angka Kecukupan Gizi, anak usia 7-12 tahun membutuhkan setidaknya 1.650 kalori per hari dan anak usia 13-18 tahun memerlukan minimal 2.100 kalori per hari.

Menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 138, Cakung, Jakarta Timur, 7 Januari 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Untuk tahap awal, makan bergizi gratis dilaksanakan di 26 dari 38 provinsi lewat 190 titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi. Dari Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, hingga Papua Selatan. Tahun ini, proyek tersebut bernilai Rp 71 triliun.

Hardinsyah, guru besar ilmu gizi dari Institut Pertanian Bogor, mengatakan makan bergizi gratis merupakan upaya pemenuhan gizi terlengkap sejak Indonesia merdeka. Dia membandingkannya dengan proyek Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah yang digagas Presiden Soeharto pada 1990-an. Program itu memberikan makanan ringan seperti pisang goreng. "Itu kudapan, bukan makanan lengkap. Tidak mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral," kata Hardinsyah.

Menurut Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia periode 2019-2024 itu, setiap hari, setiap orang membutuhkan zat gizi untuk berpikir, bergerak, dan tetap sehat. Namun ada kelompok rawan gizi yang harus menjadi prioritas, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dalam masa pertumbuhan.

Kekurangan gizi bisa mengganggu pembentukan organ jabang bayi. Hardinsyah mencontohkan, pankreas normal terdiri atas sekian miliar sel. Namun pankreas yang defisit gizi hanya terdiri atas 0,7 miliar sel. Akibatnya, fungsi pankreas dalam memproduksi hormon, termasuk insulin, minim. Hal ini menyebabkan kadar gula darah yang tak normal sehingga anak berisiko terkena diabetes melitus. Ancaman penyakit lain akibat kualitas sel yang buruk adalah peningkatan risiko stroke dan gangguan jantung.

Dampak lain kekurangan gizi, Hardinsyah melanjutkan, dapat dilihat dengan jelas, yaitu hambatan penambahan panjang tubuh anak. "Itu menunjukkan organ dalam tubuhnya serba kekurangan," kata dia. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia ini, kekurangan gizi tidak hanya disebabkan oleh kekurangan makan, tapi juga bisa dipicu gangguan kesehatan, gangguan pencernaan, dan faktor keturunan.

Berbeda dengan Hardinsyah yang memuji program Prabowo, dokter spesialis anak Jose Rizal Latief Batubara menilai makan bergizi gratis hanya asupan makanan sebagai upaya penanganan malnutrisi. "Jangan dihubung-hubungkan dengan pencegahan stunting," ujarnya.

Sebab, pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu melanjutkan, stunting terjadi akibat malnutrisi yang berlangsung dalam waktu panjang pada anak usia 0-5 tahun. "Kelompok usia itu yang harus dipastikan tidak kekurangan nutrisi," ujar Jose Rizal.

Penataan menu Makan Bergizi Gratis di Cimahi, Jawa Barat, 6 Januari 2025. TEMPO/Prima Mulia

Kelompok rawan lain yang harus dijadikan sasaran pemberantasan stunting adalah ibu hamil. "Supaya anak yang dilahirkan punya gizi tercukupi," kata dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tersebut.

Bayi, Jose Rizal melanjutkan, harus lahir dalam kondisi cukup bulan dan berat badan di atas 2,5 kilogram. Jika kurang dari batas itu, orang tua perlu mengejar defisit nutrisi sejak usia 2 atau 3 tahun. "Kalau tidak terkejar, badannya pendek," kata pakar endokrinologi anak—bidang medis yang menangani gangguan hormonal pada anak—tersebut.

Sebagai upaya penanganan malnutrisi, Jose Rizal mengatakan perlu peningkatan kualitas makanan pada makan bergizi gratis. "Yang nutrisinya lebih bagus dan proteinnya lebih banyak," kata dia. Dia juga meminta pemerintah lebih berfokus memenuhi kebutuhan gizi di daerah-daerah yang tingkat ekonomi masyarakatnya relatif rendah.

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sekaligus Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Wihaji mengatakan proyek ini juga akan menjangkau ibu hamil dan menyusui mulai 20 Januari 2025. "Insya Allah, sepuluh persen dari makan bergizi gratis untuk ibu hamil dan menyusui, bayi di bawah usia dua tahun, bayi di bawah usia tiga tahun, serta bayi di bawah usia lima tahun," katanya.

Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ihsan Reliubun

Ihsan Reliubun

Menjadi wartawan Tempo sejak 2022. Meliput isu seni dan budaya hingga kriminalitas. Lulusan jurnalistik di Institut Agama Islam Negeri Ambon. Alumni pers mahasiswa "Lintas"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus