Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyuluhan perlu dilakukan untuk mengantisipasi munculnya kasus baru penyakit-penyakit menular memasuki musim hujan seperti saat ini, salah satunya demam berdarah dengue (DBD). Pakar kesehatan Profesor Tjandra Yoga Aditama juga mengimbau Dinas Kesehatan Jakarta meningkatkan penyuluhan masyarakat tentang penyakit menular saat musim hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk Dinas Kesehatan Jakarta, meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang DBD dan berbagai penyakit lain," kata Tjandra, Minggu, 10 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan di musim hujan biasanya akan terjadi peningkatan sarang nyamuk aedes aegypti penular demam berdarah dengue. Pada musim hujan biasanya banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, serta tempat-tempat tertentu berisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu. Tempat-tempat ini akhirnya menjadi lokasi berkembang biak nyamuk sebagai penular penyakit.
Karena itu, masyarakat harus diingatkan kembali tentang gerakan 3M, yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur, dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat. Selain DBD, penyakit menular yang berpotensi muncul yakni diare. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu. Sedangkan saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat dari sumur dangkal juga ikut tercemar.
"Di samping itu, saat banjir ada kemungkinan akan terjadi pengungsian dengan fasilitas dan sarana lokasi pengungsian serbaterbatas, termasuk ketersediaan air bersih," ujar Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 itu.
Penyakit akibat banjir
Penyakit lain juga dapat muncul saat musim hujan, yakni leptospirosis yang disebabkan bakteri leptospira dan ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus. Pada musim hujan, terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut dapat berkeliaran di sekitar manusia dan kotoran serta air kencingnya akan bercampur dengan air banjir.
"Seseorang yang mempunyai luka kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi terinfeksi dan akan jatuh sakit," ujar Tjandra.
Dia juga mengingatkan potensi peningkatan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di musim hujan. Lalu penyakit kulit, baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain, serta penyakit terkait saluran cerna seperti demam tifoid. Karena itu, demi mengantisipasi munculnya kasus baru penyakit menular tersebut, selain penyuluhan, Dinas Kesehatan juga harus mengidentifikasi daerah-daerah di Jakarta yang rentan terhadap peningkatan berbagai penyakit menular di musim hujan.
Setiap Puskesmas kelurahan di Jakarta harus mengidentifikasi kelompok masyarakat rentan di daerah masing-masing, termasuk lansia. Selain itu, Dinkes harus siap memobilisasi kader-kader kesehatan di setiap kelurahan dan RW serta memastikan pelayanan kesehatan Jakarta siap dan dapat memberi pelayanan kesehatan pada warga dengan tiga kaidah utama, yakni bermutu, cepat tanggap, lalu ramah dan manusiawi.
"Perlu juga diantisipasi perburukan penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari," tandasnya.
Pilihan Editor: Saran Pakar agar Aman Berolahraga saat Musim Hujan