Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Memasak Sambal Majoor dan Sambal Baboe, Resep Tahun 1915

Komunitas Aku Cita Masakan Indonesia mempraktikan masakan yang ada pada buku resep yang dicetak pada 1915. Salah satu contohnya, sambal.

12 Januari 2018 | 07.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -  Komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) selama ini dikenal sebagai komunitas yang rajin mencari kekayaan kuliner, bahkan sampai ke pelosok negeri. Tidak hanya makanan di zaman sekarang, makanan kuno juga menjadi buruan mereka. Salah satu resepnya adalah sambal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ACMI bekerja sama dengan Museum Peranakan Tionghoa Tangerang dan Komunitas Jalur Sutra menggelar acara "Indische Keukeun" yang berarti Dapur Hindia dalam bahasa Indonesia. Dalam acara tersebut mereka memasak ulang masakan kuno yang ada pada sebuah buku resep berjudul "Boekoe Masakan Betawi". Lembaran resep tersebut pertama kali dicetak pada 1915.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menu yang dibuat beragam dari mulai menu pembuka berupa berbagai jenis sambal, sampai makanan utama berbahan daging ayang dan sapi. Untuk proses memasaknya, gelaran ini juga bekerja sama dengan dengan Al's Catering. Meski tak sama persis karena ada modifikasi rasa, makanan yang disajikan berhasil memberikan pengalaman unik kepada para pengunjung. Baca: Tidak Perlu Takut Jadi Seniman, Simak Kata Pelukis Naufal Abshar

Santhi Sherad, Ketua ACMI mengatakan awalnya acara ini terselenggara berkat informasi dari komunitas Jalan Sutra yang menemukan sebuah buku resep kuno di Museum Peranakan, Tangerang. Dirinya langsung tergelitik tentang bagaimana rasa asli dari masakan yang ada di dalam buku tersebut.

"Penasaran kan rasa aslinya seperti apa, akhirnya kita mencoba membuat acara ini. Sebenarnya ini kedua kalinya kita membuat acara demo memasak masakan jadul seperti ini. Oktober tahun lalu sudah pernah, tetapi di kawasan Bumi Serpong Damai," katanya.

Menu pertama yang disuguhkan adalah rupa-rupa sambal yang mungkin namanya agak terdengar aneh di telinga. Misalnya, ada menu "Sambal Majoor" yang berbahan udang kecil dan menggunakan singkong. Selain itu ada pula "Sambal Baboe" yang sedikit manis rasanya. Baca: Pasangan Suka Bohong atau Selingkuh? Ini kata Psikolog

Pakar kuliner William Wongso yang juga hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa sambal pada masa itu bisa jadi tidak hanya menjadi pelengkap hidangan, tetapi bisa juga menjadi lauk utama yang dimakan dengan nasi.

"Melihat keanekaragaman sambal dan cara memakannya, mungkin kita harus mendefinisikan kembali arti sambal karena beberapa juga bisa disebut lauk, sambalnya saja sudah cukup dimakan dengan nasi. Tetapi buat saya, sambal adalah sesuatu yang harus dimakan dengan sesuatu yang lain," ungkapnya.

Di dalam buku resep tersebut, ada sekitar 32 jenis sambal yang beraneka ragam. Pada gelaran ini, Santhi dan juru masak dari Al's Catering membuat beberapa di antaranya. Selain dua sambal yang sudah disebutkan di atas, ada pula "sambal gentlement", "sambal boeras", "sambal eng hiong", dan "sambal nyi enah" yang juga dimasak mereka.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus