Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

iklan

Seret Akses di Aceh Singkil

Infrastruktur digital yang dibangun belum optimal. Perlu perbaikan agar akses internet di Aceh Singkil lancar. 

10 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terlahir sebagai putra daerah, penjabat Bupati Aceh Singkil, Azmi MAP, memahami setumpuk persoalan yang membebani kabupaten tersebut. Ia berharap program-program yang digulirkan pemerintah pusat dapat disinergikan, sehingga Aceh Singkil cepat keluar dari status kabupaten miskin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harapan ke arah tersebut muncul ketika Kementerian Komunikasi dan Informatika hadir melalui sejumlah program untuk menciptakan pemerataan internet di wilayah 3T. Selama beberapa tahun terakhir Aceh Singkil mendapat bantuan infrastruktur digital, yakni akses internet (AI) dan VSAT pada sejumlah fasilitas publik, radio link, serta menara BTS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayangnya, semua infrastruktur yang dibangun BAKTI belum berfungsi optimal. Pusat pelayanan masyarakat, seperti kantor desa dan puskesmas, terpaksa memenempuh cara lain agar terhubung dengan internet.

"Ketika program ini masuk, sebenarnya kami sangat senang karena bisa membuka akses-akses yang selama ini terpasung. Banyak wilayah miskin sangat sulit berkomunikasi jika tidak didukung teknologi informasi dan komunikasi," ujar Azmi di kantornya kepada Tim InfoTempo, Jumat, 8 Desember 2023.

Sebagai contoh, saat terjadi wabah penyakit, pemkab harus menyurati setiap kecamatan untuk meminta data. Kemudian kecamatan ke setiap desa. Setelah hasil diperoleh, desa akan melapor ke kecamatan, dan kecamatan ke kabupaten. Pengumpulan data dengan proses manual tentu memakan waktu.

Namun berkat akses internet, menurut Azmi, semua proses bisa lebih cepat. Transformasi digital juga menjadi keniscayaan bagi wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia ini untuk memajukan ekonominya melalui investasi. Dia menyebut  

Terdapat ratusan ribu hektare perkebunan sawit milik berbagai perusahaan dan memproduksi 350 ribu ton CPO per tahun. Di sisin lain, indusri rumahan seperti pengrajin besi pembuat parang, kampak, dan tembilang tersebar di wilayahnya. 

Industri kerajinan ini, kata Azmi, dapat disalurkan kepada semua perusahaan perkebunan tersebut. “Maka saya berupaya mengoneksikan dengan melibatkan para pengrajin besi lokal untuk menyediakan kebutuhan barang pakai habis seperti parang, kampak, dan tembilang.”

Pengrajin besi lokal sebagai rantai pasok dikoordinir oleh Badan Usaha Milik Desa, sedangkan Dinas Perindustrian bertugas membina para pengrajin, sehingga perusahaan perkebunan membeli alat-alat itu di Aceh Singkil, tidak lagi mengimpor dari daerah lain. “Ini sesuai arahan Presiden, gunakan produk lokal, sehingga perputaran uang tetap di sini,” ucapnya.

Saat ini, Azmi sedang menyiapkan sistem yang disebut Singkil Smart Info. Nantinya, semua potensi Aceh Singkil terpampang secara detail dalam sistem digital tersebut. 

"Nantinya, investor dengan mudah melihat dan mengambil keputusan untuk memilih berinvestasi di kabupaten ini," kata Azmi. Dia berharap setiap desa, kecamatan, OPD, hingga BUMDes dan UMKM terkoneksi ke dalam sistem tersebut. 

Karena berbagai upaya tersebut, maka Azmi berharap program BAKTI Kominfo melalui pembangunan BTS dan akses internet dapat dioptimalkan untuk mendorong kemajuan Aceh Singkil. 

"Programnya bagus, namun pelaksanaan teknisnya ada yang kurang dan belum maksimal. Hal itu yang harus diperbaiki," tuturnya. 

Dia tetap optimistis BAKTI Kominfo mampu membenahi kekurangan. Pasalnya, infrastruktur sudah ada. "Hanya perlu dua hal lagi, dikembangkan dan tingkatkan. Perlu evaluasi dari pemerintah pusat,” ucap Azmi. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus