Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Co-firing Tumpuan Utama Transisi Energi Negara Agraris

Mengkakselerasi target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025 penurunan emisi karbon. #Infotempo

25 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah Indonesia sudah menyepakati target net zero emission (NZE) pada 2060. Salah satu langkahnya adalah dengan menurunkan penggunaan pembangkit berbasis fosil. PT PLN (Persero) melakukan akselerasi penurunan emisi karbon dengan cara memasifkan teknologi co-firing di PLTU.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif yang diwakili Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana, mengatakan penggunaan biomassa oleh PLTU merupakan salah satu langkah strategis untuk mengurangi emisi karbon. Menurut dia pengembangan energi baru terbarukan sangat bergantung pada kondisi alam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, pengembangan biomassa sangat bergantung pada sumber daya manusia pengelola. Sehingga dari sisi ketahanan dan jaminan pasokan sumber energi bisa lebih terjamin. "Saya yakin teknologi co-firing ini bisa menjadi tumpuan utama. Apalagi, Indonesia sebagai negara agraris yang secara kemampuan maupun ketersediaan lahan sangat bisa dikembangkan," ujar Dadan di Badung, Bali, Kamis, 30 Juni 2022.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, mengatakan roadmap penurunan emisi di sektor pembangkit listrik terus dilakukan PLN. Apalagi dengan teknologi co-firing yang juga berbasis ekonomi kerakyatan.

Masyarakat, kata Darmawan, terlibat aktif dalam pengelolaan sampah/limbah menjadi biomassa atau terlibat aktif dalam mengelola hutan energi sebagai bahan baku biomassa. "Kalau batu bara kan kami bicara bisnis secara korporasi. Tapi kalau kami bicara biomassa maka ini bicara ekonomi kerakyatan," tuturnya.

Darmawan mencontohkan ada banyak lahan tandus di Indonesia yang dapat ditanami palawija yang tidak mendukung ekonomi masyarakat. Maka, PLN melihat peluang lahan tandus ini bisa ditanam tanaman seperti kaliandra ataupun jenis tanaman energi lainnya yang diolah menjadi biomassa. "Di Pulau Jawa ada 800 ribu hektar tanah kering. Ini masih bisa dimanfaatkan untuk energi biomassa,” kata Darmawan.

Dia menambahkan pemanfaatan lahan tandus menjadi titik ekonomi baru dan membangun kekuatan rakyat dalam meningkatkan produksi energi. “Kami menciptakan lapangan kerja dan kita juga jaga lingkungan," tuturnya.

PLN bakal menerapkan teknologi co-firing pada 52 PLTU dengan total kapasitas 18 gigawatt (GW). Total kebutuhan pasokan bahan bakar biomassa mensubtitusi sebagian batu bara pada 2025 sebesar 10,2 juta ton per tahun. Melalui program ini PLN bisa menurunkan emisi karbon sampai 11 juta ton CO2.

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus