Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Gerakan Literasi Sekolah Wujudkan Nawa Cita

Pada 2017, GLS berfokus pada sosialisasi integrasi literasi
dalam pembelajaran semua mata pelajaran di kelas.

28 April 2017 | 18.54 WIB

Gerakan Literasi Sekolah Wujudkan Nawa Cita
Perbesar
Gerakan Literasi Sekolah Wujudkan Nawa Cita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL - Pada Juli 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu hal pokok yang tertuang dalam peraturan tersebut yaitu kewajiban membaca buku nonteks pelajaran selama 15 menit sebelum jam pembelajaran dimulai setiap hari di sekolah. Berdasarkan amanat itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) meluncurkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS).


Untuk mengawal program GLS, Ditjen Dikdasmen pada awal 2016 membentuk Satuan Tugas (Satgas) GLS. Satgas GLS terdiri dari beragam unsur yakni birokrat, akademisi, pegiat literasi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).


Di awal 2016, Satgas GLS menerbitkan sejumlah buku panduan, antara lain Desain Induk GLS, Buku Saku GLS, Panduan GLS di SD, Panduan GLS di SMP, Panduan GLS di SMA, Panduan GLS di SMK, dan Panduan GLS di SLB. Kemudian menyusul buku Manual Pendukung Pelaksanaan GLS untuk SMP yang terbit pada pertengahan tahun. 


Fokus GLS pada 2016 adalah sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan, mulai dari Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, kepala sekolah, guru, pengawas, dan kalangan internal Kemendikbud. Sosialisasi dalam bentuk workshop, bimbingan teknis, lokakarya, diskusi terpumpun, dan sisipan dalam beragam kegiatan seperti Rakor, festival, dan lomba yang diadakan semua unit kerja di lingkungan Ditjen Dikdasmen. Materi GLS juga disampaikan dalam pelatihan instruktur kurikulum, mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, hingga guru sasaran.


Agar lebih dikenal luas, sosialisasi GLS juga dilakukan lintas kementerian. Pada akhir 2016, perwakilan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Agama; Kementerian Dalam Negeri; Kementerian Perhubungan; dan sejumlah rektor se-Indonesia diundang dalam sebuah rapat koordinasi. Harapan dukungan yang disampaikan dalam pertemuan tersebut yaitu menjadikan GLS sebagai objek penelitian ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, jurnal), tema dalam Kuliah Kerja Nyata, pendirian Pusat Studi Literasi di kampus, pembuatan ruang baca publik di semua bandara dan stasiun, literasi sebagai program studi pilihan beasiswa LPDP S-2 dan S-3 baik dalam maupun luar negeri, dan adiliterasi.


Sosialisasi GLS berdampak masif di berbagai daerah. Banyak Pemerintah Daerah menerbitkan Perda (Peraturan Bupati/Wali Kota), Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan, dan alokasi APBD untuk mendukung pelaksanaan GLS. Tidak sedikit pula yang mendeklarasikan diri sebagai kabupaten/kota literasi. Beragam program literasi dilaksanakan dengan melibatkan aparatur pemerintahan, pegiat literasi, komunitas literasi, perpustakaan daerah, taman bacaan masyarakat, LSM, dan dunia industri. 


Sekolah di berbagai daerah juga menyelenggarakan kegiatan literasi yang kreatif dan inovatif selain program 15 menit membaca buku nonteks pelajaran setiap hari. Pihak sekolah melibatkan orang tua dan industri dalam mendukung kegiatan-kegiatan literasi.


Pada 2017, GLS berfokus pada sosialisasi integrasi literasi dalam pembelajaran semua mata pelajaran di kelas, penggalangan dukungan dan pelibatan pegiat literasi, dan promosi melalui media massa termasuk media sosial.


Secara konseptual, pengertian literasi yang diadopsi dan disosialisasikan Kemendikbud bukanlah sekadar kegiatan membaca dan menulis. Lebih dari itu, literasi dipahami sebagai kemampuan mengakses, mencerna, dan memanfaatkan informasi secara cerdas. Penumbuhan budaya baca menjadi sarana untuk mewujudkan warga sekolah yang literat, dekat dengan buku, dan terbiasa menggunakan bahan bacaan dalam memecahkan beragam persoalan kehidupan.


Gerakan literasi di sekolah diwujudkan melalui upaya mendekatkan buku dan siswa dengan adanya sudut baca kelas, lingkungan kaya literasi dengan hadirnya pojok baca di lingkungan sekolah, dan revitalisasi perpustakaan dengan beragam kegiatan penunjang pembelajaran. Sekolah juga didorong untuk mengembangkan berbagai kegiatan literasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Untuk memastikan program-program GLS berjalan optimal, sekolah juga ditekankan membentuk Tim Literasi Sekolah.


Dengan tumbuhnya budaya baca di sekolah, diharapkan minat baca masyarakat Indonesia meningkat. Posisi Indonesia yang selalu berada di posisi bawah dalam beragam survei literasi internasional terdongkrak.


Selain itu, masyarakat yang literat diyakini memiliki karakter yang kuat, yang menjadi salah satu tujuan Nawa Cita Presiden Joko Widodo. Di titik inilah GLS berada dalam posisi signifikan di dunia pendidikan tanah air.*   

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus