Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO TEMPO - Kabupaten Trenggalek memiliki potensi sumber daya energi yang besar. Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin menceritakan apa saja peluang dan pengembangan energi baru dan energi terbarukan, apa saja tantangan dalam mengembangkannya, serta harapan pemerintah daerah terhadap keadilan ekonomi di sektor energi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Biasanya, pengembangan energi terbarukan ini muncul karena the power of kepepet," kata Mochamad Nur Arifin atau biasa disapa Gus Ipin dalam acara Tempo Energy Day bertema "Kebijakan Energi untuk Ketahanan: Menjaga Keamanan Energi di Tengah Perubahan Global" di Hotel Borobudur, Jakarta, pada Kamis, 28 November 2024. Gus Ipin menjadi narasumber dalam diskusi sesi kedua dengan judul "Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan Sesuai dengan Potensi Daerah".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada kesempatan itu, dia menceritakan bagaimana the power of kepepet tadi mampu menjawab kebutuhan energi. Contoh, desa-desa yang belum mendapatkan pasokan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), mereka mencari solusi dengan membuat energi mikrohidro. "Di sejumlah tempat masih ada mikrohidro yang bisa menghidupi penduduk di satu dusun, yang terdiri atas 12 sampai 28 kepala keluarga," katanya.
Tak hanya memiliki potensi energi dengan memanfaatkan debit air menjadi energi listrik, juga masih terdapat kawasan hutan yang asri dengan luas lebih dari 50 persen wilayah Kabupaten Trenggalek. "Ini memungkinkan sebagai carbon capture dan carbon storage alami," ujar Gus Ipin seraya menyampaikan ada pula kawasan karst yang sejatinya punya kemampuan menyerap karbon.
Di wilayah pesisir, Pemerintah Kabupaten Trenggalek memelihara hutan mangrove dan terus menanam mangrove untuk menghindari bencana, menjaga ekosistem lingkungan, sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca. "Bahkan di tiga tahun terakhir, ketika Covid, kami sudah net sink (saat hutan dan lahan menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskan ke atmosfer)," katanya. Dengan begitu, dia berharap hal ini menjadi penyeimbang bagi daerah lain yang kelebihan karbon.
Potensi energi terbarukan lainnya di Trenggalek, menurut Gus Ipin, ada di Bendungan Tugu yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan kapasitas 0,4 megawatt. Bendungan tersebut, dia melanjutkan, mampu menghasilkan energi yang lebih besar lagi apabila dipasang floating solar panel. Ketentuannya adalah 5 persen dari genangan bendungan seluas 80 hektare, yang dapat dimanfaatkan.
Jika 5 hektare permukaan genangan bendungan dimanfaatkan untuk panel surya mengapung, maka dapat menghasilkan energi sebesar 5 megawatt. Terlebih jika instalasi panel surya ditambah ke bagian permukaan dan dinding bendungan, maka dapat menghasilkan 3,5 megawatt. "Total bisa menghasilkan 8,5 megawatt," ujar Gus Ipin.
Di bidang pertanian, Gus Ipin membeberkan terobosan penghematan energi dengan mengkonbersi pompa-pompa air untuk irigasi dengan menggunakan panel surya. Dengan demikian, petani bisa memperoleh pendapatan yang maksimal karena tidak perlu membeli bahan bakar minyak dan membayar listrik untuk menyalakan pompa irigasi. Namun demikian, dia melanjutkan, masih ada satu kelemahan, yakni kelebihan konsumsi air tanah.
Dalam menekan kelebihan konsumsi air tanah, Gus Ipin mengatakan, Pemerintah Kabupaten Trenggalek sedang mengembangkan petak sawah hemat air. Caranya, suatu area sawah cukup satu kali mendapatkan pasokan air untuk 3-4 kali panen. Dari sisi produktivitas, menurut dia, hasilnya dapat bertambah sebesar 20 persen. "Ini cara kami mencapai ketahanan pangan, sesuai dengan visi Presiden Prabowo Subianto, tanpa harus deforestasi di Trenggalek," katanya.
Saat ini, Gus Ipin melanjutkan, sedang berlangsung kajian potensi sumber daya angin di pesisir pantai Kabupaten Trenggalek sepanjang 75 kilometer. "Salah satu perusahaan multinasional berencana membuat Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Trenggalek," ujarnya.
Dengan banyaknya potensi energi di daerah, Gus Ipin berharap transisi energi mampu memicu pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. "Yang lebih penting adalah bagaimana green distribution of wealth bisa terwujud," katanya. "Sehingga terjadi pemerataan ekonomi saat transisi energi terjadi."
GIZ Lead Industri Decarbonization and Energy Island Solutions, Frank Stegmueller tertarik dengan pernyataan Gus Ipin. "Sangat menarik karena ada inisiatif yang konkret dari pemerintah, masyarakat, dan komunitas di sector energi," ucapnya. Dengan melihat lebih jernih atas kondisi yang terjadi, dia melanjutkan, maka dapat menjawab berbagai tantangan dalam mengimplementasikan energi baru dan energi terbarukan. (*)