Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemenko Perekonomian Apresiasi Perusahaan Jalankan Bisnis Berkelanjutan, Paparkan Peluang dan Tantangan di Indonesia

Pemerintah tidak hanya mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan ESG, tetapi juga berusaha memberikan contoh seperti bagaimana pemerintah peduli terhadap aspek lingkungan.

11 Desember 2024 | 18.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO BISNIS – Sebanyak 100 perusahaan berhasil diukur dan mendapatkan penilaian berdasarkan tiga aspek yang merupakan turunan dari tiga fokus utama dalam pendekatan Environmental, Social, and Governance (ESG). Penilaian itu dilakukan Transparency International Indonesia (TII) berkolaborasi dengan Tempo Data Science dalam bentuk Indeks Integritas Bisnis Lestari.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Ferry Irawan, mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang memiliki kepeduliaan dan punya prioritas untuk menjalankan usaha beretika dan peduli terhadap lingkungan. Ferry yang saat itu mewakilkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlanga Hartarto, percaya kegiatan Malam Apresiasi Indeks Integritas Bisnis Lestari yang dikemas dengan diskusi di Salihara Art Center, Selasa, 10 Desember 2024, mampu memperdalam satu dialog yang konstruktif untuk menjalankan praktik bisnis berkelanjutan. “Apalagi ini di tengah berbagai tantangan yang ada di depan dan kita punya pedoman ESG,” ujar dia.

Ferry mengatakan, Presiden Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan memberikan penekanan kepada jajaran di pemerintahannya untuk mencapai beberapa target terkait dengan sustainable development goals atau SDGs. “Ada pertumbuhan ekonomi 8 persen juga ada kemiskinan 0 persen,” ucap dia.

Melihat dari data yang ada, Ferry optimistis target tersebut sangat mungkin dicapai. Dia pun belajar dari pengalaman di periode sebelumnya, yang pada tahun 1986 – 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 7,3 persen. “Bahkan di 1995, bisa 8,2 persen,” kata dia. 

Dengan berbagai transformasi ekonomi termasuk mengconvert ekonomi Indonesia dari yang struktur primer ke struktur sekunder atau ke manufaktur sehingga target di kisaran 5,2 sampai 8 persen dapat tercapai dalam lima tahun ke depan. “Kita dapat belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut tentu dengan memperhatikan berbagai penyesuaian untuk kita lakukan karena perkembangan ekonomi, SDM dan seterusnya.”

Menurut Ferry, beberapa hal yang akan dilakukan pemerintah salah satunya revitalisasi di sektor manufaktur. “Karena kontribusi terhadap PDB juga sangat penting begitu pula terhadap penyerapan tenaga kerja,” kata dia. Kemudian, pemerintah juga akan mengoptimalkan infrastruktur yang sudah ada. “Salah satu yang harus kita lakukan adalah menurunkan angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang sekarang di sekitar 6 persenan ke angka 4 persen,” ujar Ferry.

Penurunan angka itu, kata dia, untuk bisa mengoptimalkan berbagai infrastruktur yang ada untuk kemashlatan masyarakat, penguatan sektor riil, transformasi digital, dan pengembangan energi hijau. “Sektor-sektor tersebut diharapkan dapat menjadi source of grade atau agent of growth.”

Direktur Utama Tempo Media Group Arif Zulkifli dalam acara Malam Apresiasi Indeks Integritas Bisnis Lestari 2024, yang diselenggarakan Tempo Media Group berkolaborasi dengan Transparency International Indonesia (TII) di Salihara Art Center, Jakarta Selatan, Selasa, 10 Desember 2024. TEMPO/Abdul Karim

Tentu, lanjut Ferry, untuk mencapai semua itu tidak mudah. “Kita sadar terdapat beberapa tantangan yang harus kita jawab misalnya sumber pembiayaan atau investasi.”

Dalam simulasi yang dilakukan pemerintah, dari total kebutuhan untuk mencapai target tersebut ada cukup besar investasi yang harus dikumpulkan dan 89 persen dari total investasi tersebut itu diharapkan dari sektor swasta.

Menurut Ferry, Indonesia masih menjadi tempat yang menarik bagi para investor. Selain itu, dalam hal daya saing Indonesia juga mengalami peningkatan yang disebabkan adanya perbaikan dalam hal government efficiency, business efficiency, dan economic performance.

Investasi dan daya saing, lanjut Ferry, cukup penting karena sekarang investor sangat global. “Domestik juga konsentrasi terhadap SDGs, oleh karena itu beberapa hal bisa kita angkat dan memberikan apresiasi terhadap perusahaan-perusahaan yang peduli terhadap isu SDGs merupakan hal yang menurut kami sangat strategis.”

Pemerintah, kata Ferry, tidak hanya mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan ESG, tetapi juga berusaha memberikan contoh seperti bagaimana pemerintah peduli terhadap aspek lingkungan. “Bisa kita lihat dari berbagai aspek misalnya dalam hal pengembangan pembiayaan, kita juga terus mendorong berbagai instrumen seperti dengan adanya penerbitan portofolio kredit hijau juga instrumen keuangan berbasis lingkungan.”

Hingga Oktober 2024, berdasarkan catatan kementeriannya, penerbitan obligasi dan sukuk hijau sudah mencapai Rp 36,4 triliun yang meliputi 21 penerbitan Green Bond, Social Bond, Social Sukuk, Sustainability Link Bond dan Sustainability Sukuk. Di samping instrumen pembiayaan terdapat berapa kebijakan lain didorong di dalam pemerintahan untuk menunjukkan komitmen terhadap transisi energi maupun mewujudkan energi bersih.

Misalnya untuk kebijakan mandatori B35 yang ke depan akan diupgrade sampai dengan B40. Indonesia juga menggalakkan penggunaan biofuel sebagai bahan bakar berkelanjutan karena berpotensi menurunkan emisi CO2 hingga 8 persen dibandingkan bahan bakar tradisional. Ferry juga memaparkan penggunaan energi-energi hijau lainnya di berbagai daerah Indonesia.

Melihat aspek strategis dari green economy, pemerintah akan terus mendorong implementasi dari ekonomi hijau dengan berbagai instrument. Apakah dari pembiayaannya, berbagai kebijakan seperti biofuel, peningkatan industri jasa keuangan, peningkatan skema-skema kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU) yang juga masuk ke sektor yang lebih hijau serta berbagai instrumen lainnya.

Pemberian penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang peduli terhadap ESG, kata Ferry, diharapkan makin terus mendorong penerapan ekosistem dan tata kelola lebih baik dan berkelanjutan. “Kita harapkan secara makronya, secara agregatnya bisa mendorong berbagai target dari pemerintah terutama dalam hal kita mencapai visi Indonesia Maju di 2045.”

Direktur Utama Tempo Media Group Arif Zulkifli mengatakan, sebuah integritas bukanlah sesuatu yang main-main. Integritas mencerminkan kejujuran, kewibawaan, kemampuan dalam menjaga prinsip dan etika.

“Dalam praktik bisnis yang berintegritas dan berkelanjutan ini menjadi aspek penting dalam dunia usaha. Dengan begitu perusahaan tak semata berorientasi pada keuntungan melainkan juga mampu mendorong keberlanjutan lingkungan,” kata dia.

Indeks Integritas Bisnis Lestari, kata lelaki yang kerap disapa Azul ini, dapat menjadi alat ukur untuk menilai sejauh mana perusahaan atau organisasi menerapkan bisnis yang berintegritas dan berkelanjutan. “Indeks ini juga menjadi bagian dari upaya kita semua dalam mendorong terwujudnya agenda SDGs dan mendukung komitmen Indonesia dalam transisi menuju Net Zero Emission pada 2060, atau mudah-mudahan bisa lebih cepat lagi.”

Direktur Astra Agro Lestari Widayanto (kanan) menerima penghargaan Indeks Integritas Bisnis Lestari dalam kategori Sapphire yang digelar Tempo Media Group dan Transparency International Indonesia di Salihara Art Center, Jakarta, pada Selasa, 10 Desember 2024. Dok. GAPKI

Dia pun berterima kasih kepada 100 perusahaan yang sudah mengimplementasikan ESG di perusahaan masing-masing. Penilaian yang dilakukan menjadi bukti bahwa perusahaan-pesan tersebut telah menerapkan standar praktik bisnis yang berkelanjutan, berintegritas tinggi serta menunjukkan komitmennya satu perusahaan terhadap masa depan yang lebih baik.

“Saya berharap hasil penilaian dari Indeks Integritas Bisnis Lestari ini membawa manfaat yang besar bagi perusahaan, mendongkrak reputasi positif dan kepercayaan dari konsumen, investor, karyawan dan pemangku kepentingan lainnya. Indeks Integritas Lestari ini tentulah juga diharapkan dapat membantu publik dalam memahami seperti apa praktik bisnis yang berintegritas dan berkelanjutan tersebut,” tutur Azul.

Tom Malik, Head of Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk menilai, penghargaan SAPPHIRE yang mereka raih dari Indeks Integrasi Bisnis Lestari menjadikan sebuah komitmen dan tuntutan bagaimana pihak luar menilai kinerja perusahaan untuk keberlanjutan. “Sehingga penghargaan ini menjadi penting, karena mempengaruhi akses ke kapital, perbankan juga menilai kami, dan juga investor maupun konsumen.”

Dida Nugraha, Head of Internal Audit Division PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mengaku masih belum puas karena perusahaannya mendapatkan SAPPHIRE yang memiliki score indeks 50-74. “Pastinya ingin DIAMOND,” kata dia.

Menurut dia, untuk mendapatkan itu pasti banyak tantangannya. “Tapi kita harus bisa menghadapi tantangan tersebut. Ini bukan karena kita ingin mendapatkan award tetapi untuk kita menjadi lebih baik lagi. Tata kelola lebih baik, social community development lebih baik, environment lebih baik, dan ini untuk Krakatau Steel lebih baik lagi.”

Selain SAPPHIRE, penilaian Indeks Integritas Bisnis Lestari juga menghadirkan penilaian EMERALD dengan score indeks <50,  RUBY dengan score indeks 75-84, dan DIAMOND dengan score indeks 85-100. Terdapat 100 perusahaan yang berhasil diukur dan dapat di lihat di indeks integritas bisnis lestari

Melalui Indeks Integritas Bisnis Lestari, kinerja perusahaan dalam praktik bisnis berintegritas dan berkelanjutan dapat dilihat dengan produk-produk sebagai berikut:

  • Laporan kinerja bisnis: membaca laporan mendalam mengenai kinerja kelestarian perusahaan dibandingkan dengan 100 perusahaan lainnya.
  • Dashboard interaktif yakni masuk lebih dalam ke data Indeks Bisnis Lestari dan mainkan indikator-indikator tertentu untuk melihat keunggulan dan kelemahan bisnis.
  • Layanan konsultasi: Diskusi dengan melalui Indeks.tempo.co/bisnis-lestari untuk memperbaiki dan meningkatkan skor anda dalam Indeks Bisnis Lestari.

“Indeks ini kami buat bukan untuk menjelek-jelekan, bukan untuk mengatakan perusahaan ini jelek atau baik. Tetapi untuk mengajak kita semua bersama-sama tumbuh dalam ESG ini,” kata Direktur Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) Philipus Parera. (*)

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fifia Asiani

Fifia Asiani

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus