Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Perkembangan teknologi informasi dan internet menimbulkan banyak dampak yang mempengaruhi perilaku masyarakat, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak buruk kerap terjadi ialah cyber bullying. Cyber bullying merupakan kejadian seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Dewan Pengarah Siberkreasi Diena Haryana mengatakan, perundungan menimbulkan rasa tidak aman, takut, marah, kecewa. Serta ada kegalauan, keresahan muncul pada seseorang jadi korban perundungan dalam kehidupannya. "Timbulah kemarahan ke orang lain. Cyber bullying jadi marak karena dari satu orang tidak hepi menyampaikan kata-kata dan ungkapan negatif, yang lain ikut-ikutan juga," kata Diena dalam Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Stop Cyber Bullying di Internet, Jakarta, Kamis (21/7/2022) malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cyber bullying merupakan kejadian seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet.
Perundungan di dunia maya memiliki dampak yang besar kepada korban. Anggapannya melihat orang lain saat berinteraksi di media sosial merupakan suatu ancaman. Sehingga keluarlah kalimat kurang pantas. "Korban cyber bullying sangat merasakan dampak luar biasa. Korbannya jelas ada, itu real. Kita di luar itu mudah sekali mencibir. Padahal yang dia rasakan dipermalukan orang," ujar Diena.
Maka pentingnya literasi digital, yang dapat menyadarkan pelaku perundungan bahwa berdampak besar terhadap korban. Dari citra diri sangat buruk dan kehidupannya menjadi terluka.
"Literasi digital bisa mengingatkan pelaku, bahwa dia merugikan dirinya sendiri sebetulnya. Karena ketika dia mengungkapkan kata-kata buruk tentang orang lain sebetulnya dia mengungkapkan keburukan tentang dirinya sendiri. Jadi dia menciptakan jejak digital yang buruk," tuturnya.
Head of Content and Counseling Roliv Geby Chyntia mengaku, kerap menerima keluhan tentang kehidupan. Setiap individu tidak bisa mengendalikan perilaku seseorang. Namun, tetap bisa merespon sesuatu yang disampaikan orang lain. "Kita selalu berjuang menyampaikan, bahwa power yang kamu punya adalah untuk mengendalikan reaksi, emosi dan apa yang kamu katakan kembali. Jadi kita fokus peduli bahwa ini sebenarnya bisa dikendalikan," ujar Geby.
Psikolog klinis dan CEO Personal Growth Ratih Ibrahim menyatakan, bentuk perundungan menggunakan teknologi digital itu dilakukannya secara sengaja. Pihaknya sering kali menangani kasus serupa sejak internet masif digunakan. "Artinya benar diniatin. Tujuannya adalah menghina, mempermalukan, menyakiti, mengancam dan biasanya yang menjadi objek bully-nya yang dianggap lemah tidak mampu men-defense dirinya," ujar Ratih.
"Bentuk (cyber bullying) macam-macam, ada yang menyebarkan kebohongan, posting hal-hal memalukan bikin yang bersangkutan tidak berdaya, mengancam menyakiti dan memalukan bikin akun palsu," tambahnya. Untuk bisa terus mendapatkan Informasi ter up to date mengenai kegiatan Zoom Bareng dan kegiatan seru lainnya, dapat dilihat di info.literasidigital.id atau follow media sosial @Siberkreasi. (*)