Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mencintai Produk Indonesia Dimulai dari Keteladanan

Kementerian Perdagangan mempopulerkan kembali program "Aku Cinta Produk Indonesia" yang sasarannya generasi milenial.

7 Agustus 2019 | 14.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kementerian Perdagangan mempopulerkan kembali program Aku Cinta Produk Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL — Kementerian Perdagangan mempopulerkan kembali program “Aku Cinta Produk Indonesia” yang sasarannya generasi milenial. Banyak terobosan telah dilakukan. Selain kampanye di berbagai media luar ruang, pendekatan kebijakan ke pemerintah daerah juga dianggap terobosan penting. Salah satunya adalah strategi kebijakan di pusat destinasi wisata Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dominikus Yanke bergegas menghampiri meja makan, di mana di sana tampak Direktur Penggunaan dan Pengembangan Produk Dalam Negeri (P3DN) Kementerian Perdagangan, Luther Palimbong. Dengan bangga, ia menunjukkan kemeja yang dikenakannya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pak Luther, lihat kemeja saya. Ini terbuat dari kain tenun asli Manggarai Barat,” kata  Dominikus Yanke setengah berteriak, di sela acara sosialisasi program “Aku Cinta Produk Indonesia” di Labuan Bajo, Manggarai Barat, beberapa waktu lalu. 

Belum sempurna memperhatikan keindahan motif kain yang diambil dari budaya dan adat istiadat masyarakat Manggarai Barat itu, Dominikus Yanke kembali berseru. “Peci ini juga. Semua kami bikin dari kain tenun asli sini,” ucapnya. 

Dominikus belum selesai. Ia mengambil sepiring kue kecil dan segelas air putih yang diletakkan di meja. Diremuknya potongan kue itu ke dalam mulutnya, sehingga terdengar bunyi kress kress. 

“Sebelum kita meminta masyarakat menggunakan kemeja dengan batik atau kain tenun daerah, kita harus menggunakannya lebih dulu. Kita memberi teladan kepada masyarakat,” ujar Dominikus dengan sangat antusias. 

Luther Palimbong tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia meneruskan sarapan. Ratusan siswa-siswi SMP sudah menunggunya di ruang auditorium Hotel Djayakarta, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. 

“Tenang Pak Luther. Janji saya kepada bapak segera saya tepati,” ujar Dominikus melanjutkan obrolannya. “Draft Peraturan Bupati tentang Penggunaan Baju Daerah, Batik atau Tenun, sudah dibuat dan sedang  dibahas,” ujar Dominikus dengan wajah sumringah. 

Luther melebarkan senyumnya dengan tak kalah antusias sambil mengatakan terima kasih. Ia senang melihat wajah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Manggarai Barat itu yang menebarkan suasana bahagia. 

Setahun silam, saat keduanya bertemu dalam sebuah acara penyerahan bantuan, Dominikus dimotivasi untuk menggunakan batik atau tenun khas Manggarai Barat dalam seragam anak-anak sekolah dan pegawai pemerintah. Obrolan ringan itu bersambut baik. Pemkab membahasnya beberapa kali. 

“Dalam Perbup, kami lebarkan sedikit Pak Luther, tak hanya pegawai dan anak sekolah, tetapi juga karyawan restoran dan pariwisata karena Labuan Bajo ini daerah wisata,” kata pria penyuka ikan ini sambil mengutip draf yang dibuatnya. 

Ia meyakini, penggunaan produk lokal ini menaikkan citra daerah dan kesejahteraan pelaku usaha kecil menengah. Strategi ini sudah teruji di beberapa daerah. Dengan imbauan pemakaian  kain khas daerah, omset pelaku usaha langsung meroket. Otomatis produksi kain tenun juga makin melimpah. 

Direktorat P3DN sejak awal bergerak cepat dengan beberapa strategi sentuhan.  Pertama, melakukan enggagement anak-anak sekolah untuk lebih mencintai produk dalam negeri, produk Indonesia. Kedua, menghadirkan para ahli untuk meningkatkan kapasitas baik kepada produsen kain tenun, pedagang atau pelaku UKM-nya. Ketiga, memberi bantuan peralatan elektronik berikut aplikasi desainnya. Keempat, meningkatkan mutu kemasan dan branding. Kelima, mensinergikan dengan pelaku usaha ritel dan pemasaran. 

“Di Manggarai Barat terjadi peningkatan jumlah pelaku UKM tenun dan omzetnya meningkat tiga kali lipat,” kata Dominikus.

Kain tenun motif mata manuk yang menjadi kebanggaan Kabupaten Manggarai Barat punya ciri religi yang kental. Pertama, mata manuk, yang terdiri atas ayam dan bibel. Ada empat bulatan telur seperti titik tebal berbentuk mata manuk, yang menandakan mata ayam yang bisa melihat empat penjuru mata angin. Kedua, bibel digambarkan dalam titik-titik bulat telur berbentuk trapesium yang terletak di luar mata manuk. Kombinasi warnanya putih, hitam dan merah. 

Motif ini juga memiliki apa yang disebut lobak, yaitu garis yang tak terputus. Garis ini menandakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Lalu ada juga yang dinamakan jok, yaitu garis melingkar yang terdapat pada ujung atas dan bawah kain songke yang berbentuk seperti gelombang laut. 

Luther Palimbong ingin kain khas Manggarai Barat makin populer dan berdaya jual tinggi. Ia berharap pelaku usaha juga makin kreatif menciptakan desain-desain baru melalui pelatihan kapasitas yang diberikan.

“Pelaku usahanya makin kreatif membuat desain baru yang terinspirasi dari kearifan lokal, alam, dan budaya setempat. Dijual ke wisatawan di Labuan Bajo. Ini salah satu cara meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya. 

Efek gerakan ini menyebar. Semangat dan kreativitas terjadi pada produk lainnya, terutama makanan minuman, kuliner, dan pengolahan kopi. UKM kuliner dan pengolahan kopi ikut meningkat, baik jumlah pelaku maupun omsetnya. (*)

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus