Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Darurat sampah plastik yang merusak lingkungan saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, timbunan sampah pada 2020 mencapai 67,8 juta ton, dimana 15%-nya terdiri dari sampah plastik. Dari jumlah ini, 88,17% sampah plastik masih diangkut ke TPA atau bahkan berserakan di lingkungan.
Temuan ini juga dikuatkan oleh Data The National Plastic Action Partnership (NPAP) pada 2021 yang menyebutkan, di Indonesia, sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik tercatat sebanyak 4,8 juta ton per tahun. Sampah-sampah itu dibakar di ruang terbuka (48%), tidak dikelola secara layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%).
Bertolak dari kondisi tersebut, tahun lalu PT Unilever Indonesia Tbk meluncurkan kampanye #GenerasiPilahPlastik yang mengajak masyarakat untuk mulai bijak dalam menggunakan plastik, menjaga alam Indonesia agar tidak tercemar oleh sampah. Kampanye tersebut juga dilandasi oleh semangat untuk menjaga kelestarian lingkungan dan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) pada lingkungan.
#GenerasiPilahPlastik adalah generasi yang lebih peduli lingkungan dan bijak menangani kemasan yang mereka gunakan, terutama kemasan plastik. Selain #GenerasiPilahPlastik, Unilever Indonesia juga meluncurkan sejumlah gerakan, termasuk gerakan bertajuk "Yuk Mulai Bijak Plastik" pada 21 September 2019. Gerakan-gerakan tersebut menjadi kampanye besar agar masyarakat dapat lebih bijak dalam penanganan sampah plastik.
Unilever Indonesia sendiri berkomitmen dalam mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru sebagai kemasan produk perusahaan sebelum tahun 2025. Hal ini sejalan dengan strategi bisnis global yang dinamakan ‘The Unilever Compass’ bahwa Unilever berkomitmen untuk menumbuhkan bisnis yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan memberikan manfaat pada sosial dan lingkungan.
Salah satu upaya yang diyakini dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia adalah dengan penerapan ekonomi sirkular yang mengadopsi pendekatan 5R yaitu reduce, reuse, recycle, refurbish, dan renew. Hal itu juga yang diterapkan Unilever Indonesia. Caranya dengan mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan memangkas penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang.
Selain terus berinovasi menggunakan plastik daur ulang untuk kemasan produk mereka, Unilever berupaya mewujudkan komitmen tersebut dengan mendesain ulang (redesign) kemasan produk 100 persen agar sampah plastik bisa didaur ulang, digunakan kembali, atau dikomposkan. Unilever akan meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang (PCR) di kemasannya, setidaknya 25%. Saat ini beberapa produknya telah menggunakan 100 persen plastik hasil daur ulang, contohnya botol kecap Bango dan Love & Beauty Planet.
Perseroan juga berkomitmen untuk membantu mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak ketimbang yang dijual. Upaya yang dilaksanakan mulai dari hulu ke hilir rantai bisnis ini telah memungkinkan Unilever Indonesia untuk membantu mengumpulkan dan memproses lebih dari 45.900 ton sampah plastik di 2021 melalui pengumpulan sampah plastik dari jaringan bank sampah sebanyak lebih dari 24.500 ton serta pemrosesan sampah melalui teknologi Refused Derived Fuel (RDF) sebanyak lebih dari 21.400 ton.
Terkait bank sampah, Unilever Indonesia sudah mengembangkan dan memperkuat program tersebut sejak 2008 hingga berhasil membina sebanyak 3.859 unit bank sampah di 37 kota yang tersebar di 12 provinsi. Unilever Indonesia juga memperkuat eksistensi dan peranan bank sampah binaannya melalui upaya digitalisasi, bekerja sama dengan platform Google My Business.
Infografis Unilever.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini