Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peran Tim Penggerak PKK Jabar dalam Mengatasi Stunting

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, ada 130 desa di sembilan kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki masalah stunting dan perlu penanganan pemerintah.

12 Oktober 2018 | 08.07 WIB

Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Ridwan Kamil menjadi keynote speaker pada seminar yang digelar Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan TP PKK Kabupaten Garut di Gedung Pendopo Garut, Kamis, 11 Oktober 2018. (foto: doc.Humas Pemprov Jabar)
Perbesar
Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Ridwan Kamil menjadi keynote speaker pada seminar yang digelar Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan TP PKK Kabupaten Garut di Gedung Pendopo Garut, Kamis, 11 Oktober 2018. (foto: doc.Humas Pemprov Jabar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO JABAR - Jumlah penderita stunting di Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mencapai 29,2 persen, sedangkan di Kabupaten Garut meningkat dari 24,9 persen pada 2016 menjadi 43,2 persen di 2017. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Ridwan Kamil menyatakan hal itu saat menjadi pembicara utama pada  seminar bertema “Bersama Mencegah Stunting (Anak Kerdil)”, Kamis, 11 Oktober 2018. Acara ini digelar di Gedung Pendopo Garut oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan TP PKK Kabupaten  Garut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Atalia mengatakan, PKK Jabar memiliki tiga fungsi penting terkait stunting. Di antaranya melakukan  pendataan, penyuluhan, dan membantu pemerintah menangani masalah stunting di Jawa Barat. “Ketika isu stunting ini mengemuka dan menjadi PR (pekerjaan rumah) untuk wilayah Jawa Barat, tentunya menjadi PR PKK juga. Kami punya jejaring yang tentu saja terbanyak (di Indonesia),” katanya.

Dia mengutarakan, pihaknya akan bekerja sama dengan dinas terkait, mengingat data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan menyebutkan, bahwa ada 130 desa yang tersebar merata di sembilan kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki masalah stunting dan perlu penanganan pemerintah.

Menurut Atalia, program akan dimulai pada November 2018, dan akan me-launching gerakannya. Pada Januari 2019, akan dilakukan pelatihan, kemudian bergerak ke masyarakat untuk penyuluhan. “Nah, yang paling penting adalah sosialisasi penyuluhan, karena  masyarakat saat ini masih kekurangan pengetahuan,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menyatakan, kunci sukses dalam pembangunan kesehatan ke depan sangat ditentukan oleh adanya komitmen politik dari semua pihak.  Keterpaduan antara komponen pelayanan kesehatan lintas sektor dengan dukungan masyarakat, menjadi kebijakan strategis dalam meningkatkan gizi balita.

“Walaupun stunting ini teori yang terjadi sudah lama, tapi patut menjadi perhatian kita. Dengan status gizi kronis, tentu banyak faktor yang mempengaruhi stunting. Saya ingin adanya komitmen dari semua pihak untuk menurunkan angka stunting,” ucap Helmi.

Menurut data WHO 2012, sebanyak 162 juta anak balita secara global mengalami stunting. Gagal tumbuh pada masa emas ini dapat berakibat buruk pada kehidupan berikutnya, dan akan terlihat jelas pada saat anak mulai masuk usia sekolah. Karena, pada masa ini anak akan mengalami pertumbuhan lambat atau fase growth plate.

Masalah stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis menahun yang dipengaruhi kondisi ibu, baik sebagai calon ibu, pada masa janin dan perawatan bayi, pola asuh, asupan makanan pada masa bayi dan balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. (*)

 

Charles

Charles

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus