Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Letusan Gunung Marapi di Sumatera Barat, yang menewaskan banyak pendaki, menjadi perhatian media internasional. Sampai Rabu pagi, 6 Desember 2023, tim penyelamat telah menemukan 22 korban tewas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kantor berita Reuters melaporkan, tim penyelamat menemukan lebih banyak pendaki yang tewas di dekat kawah, mengutip kepala badan penyelamat Sumatera Barat. Sebelumnya, ditemukan 13 orang dan bertambah menjadi 22 orang korban tewas dalam pencarian sampai Selasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekitar 200 tim penyelamat akan melanjutkan operasi pencarian pada hari Rabu untuk mencari satu pendaki yang dilaporkan hilang.
Kantor berita terkemuka Timur Tengah Aljazeera menulis dengan judul Death toll rises after Indonesia Mount Marapi eruption, menyebutkan bahwa dua puluh dua pendaki telah dinyatakan tewas sejak gunung berapi Gunung Marapi meletus pada hari Minggu.
Sembilan jenazah ditemukan pada hari Selasa, setelah dua lainnya ditemukan pada hari Senin, kata Abdul Malik, kepala SAR Padang.
Gunung berapi setinggi 2.891 meter di Sumatera Barat meletus pada hari Minggu, memuntahkan awan abu kelabu setinggi 3 kilometer ke langit.
BBC Inggris menulis tentang ditemukannya korban ke-22 dan mengunggah video kiriman korban ke ibunya untuk minta pertolongan dan sempat viral setelah letusan.
Media besar lain yang menulis kabar ini di antaranya CBSNews, DW, CNBC dan CNN.
Gunung Marapi berstatus waspada atau level II sejak 2011, kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan.
Menurut Hendra, status waspada atau level II itu mengindikasikan bahwa pendakian pada radius 3 kilometer dari kawah gunung sudah tidak disarankan. PVMBG mengklaim telah menyampaikan informasi itu kepada Pemerintah Daerah Sumatera Barat.
“Kami selalu mengingatkan setiap 2 minggu sekali kepada pihak terkait. Mungkin karena tidak ada erupsi bertahun-tahun, jadi masyarakat terbiasa,” ujar dia.
Apalagi, kata Hendra, letusan Gunung Marapi cukup susah untuk diprediksi. Aktivitas gempa vulkanik terekam rata-rata sekali setiap bulan. Selain itu, PVMBG melaporkan sudah ada dua kali erupsi terjadi pada Januari dan Desember 2023. Sebelumnya pada 2017 dan 2018 juga menunjukkan aktivitas vulkanik. “Biasanya erupsi Marapi jedanya antara 2 hingga 4 tahun,” ucap Hendra.
Selain itu, erupsi yang terjadi pada Minggu, 3 Desember 2023 juga tidak diawali dengan gempa vulkanik yang signifikan. Sejak Kamis, 16 November 2023 hingga Sabtu, 2 Desember 2023 tercatat ada tiga kali gempa vulkanik dalam.
Erupsi itu terekam di seismogram PVMBG dengan amplitudo maksimum 30 milimeter dengan durasi sementara kurang lebih 4 menit 41 detik. Adapun tinggi kolom letusan diperkirakan kurang lebih 3.000 meter di atas puncak.