Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengenal Sejarah Shogun, Pemimpin yang Pernah Berkuasa dan Pelindung Seni di Kekaisaran Jepang

Pemimpin militer, Shogun yang pernah berkuasa di era feodal Jepang. Shogun juga dikenal sebagai pemimpin yang melindungi seni.

10 Januari 2025 | 11.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hiroyuki Sanada, pemeran Yoshii Toranaga dalam Shogun. Foto: Instagram/@fxnetworks

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Shogun adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah Jepang. Mereka memegang kekuasaan selama lebih dari tujuh abad. Jabatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Minamoto no Yoritomo pada tahun 1192, yang menandai dimulainya sistem pemerintahan militer yang dikenal sebagai keshogunan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai pemimpin militer dan kepala pemerintahan, shogun bertanggung jawab atas pengelolaan urusan politik dan militer di seluruh negeri. Dalam struktur feodal Jepang, shogun memiliki kekuasaan untuk menunjuk gubernur militer dan mengatur hubungan antara tuan tanah dan samurai. Seiring waktu, kekuasaan shogun mengalami berbagai perubahan dalam Kekaisaran Jepang, tetapi tetap menjadi simbol otoritas dan stabilitas di Jepang hingga akhir periode Edo pada tahun 1868, ketika kekuasaan kembali diserahkan kepada kaisar dalam proses yang disebut Restorasi Meiji.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip dari World History, Britannica, dan National Geographic, pada saat pemerintahan shogun masih eksis yang bermarkas di Heiankyo selama periode abad pertengahan, pemerintahan shogun sempat berpindah lokasi, tergantung pada pilihan kotanya. Wilayah Kamakura pernah menjadi pusat keshogunan dari periode 1192 hingga 1333. Sedangkan, Keshogunan Ashikaga yang berpusat di daerah Muromachi di Heiankyo dan Keshogunan Tokugawa di Edo.

Mengutip World History, wakil shogun atau kanrei dipegang secara bergiliran oleh salah satu anggota dari tiga keluarga yaitu Shiba, Hosokawa dan Hatakeyama. Peran tersebut dibuat dari 1333. Tujuannya bertindak sebagai penghubung antara shogun dan gubernur militer regional dan wakilnya.

Perpindahan ini membawa dampak signifikan dalam aspek budaya dan politik, sebab para shogun berupaya memperindah ibu kota baru mereka. Hal ini menyebabkan munculnya istana megah, kuil-kuil, dan sekolah seni yang baru. Banyak shogun, terutama setelah pensiun dari jabatan publik, menjadi pelindung seni dengan menugaskan pelukis dan pematung, serta mensponsori pertunjukan teater Noh dan merayakan busana aristokrat dalam upacara minum teh Jepang.

Shogun Ashikaga Yoshimitsu mendirikan Kinkakuji, atau 'Kuil Paviliun Emas', yang terkenal pada 1397. Pada awalnya, Kinkakuji berfungsi sebagai rumah pensiunnya yang mencolok, tetapi kemudian diubah menjadi kuil Buddha Zen. Pada periode antara 1576 hingga 1639, para penguasa dari kelas samurai membangun kastel dengan gaya baru yang khas. Kastel-kastel ini tidak hanya digunakan untuk tujuan militer, tetapi juga menjadi simbol kekuatan dan prestise pemiliknya.

Salah satu tambahan penting lainnya di istana Kyoto adalah Ginkakuji atau 'Kuil Tenang di Paviliun Perak', yang dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa dan selesai pada tahun 1483. Kastil Nijo di Kyoto, yang dibangun oleh shogun Tokugawa Ieyasu pada 1603, juga merupakan contoh arsitektur yang bertahan dari masa lalu abad pertengahan Jepang.

Para shogun sering melakukan restorasi pada situs-situs kuil, terutama setelah banyak kebakaran yang menghancurkan bagian-bagian kota selama berabad-abad. Contohnya, Tokugawa Iemitsu melakukan restorasi menyeluruh terhadap kuil Buddha Kiyomizu-dera di Kyoto pada tahun 1633 dan menambahkan pagoda baru sebagai bagian dari proyek tersebut.

Sayangnya, kekuasaan shogun tidak selalu tanpa tantangan. Terdapat percobaan kudeta oleh Kaisar Go-Toba pada 1221 yang dikenal sebagai Gangguan Jokyu, yang berakhir dengan pengasingan kaisar. Selain itu, tantangan lainnya muncul dalam bentuk Restorasi Kenmu (1333-1336) yang dipimpin oleh Kaisar Go-Daigo, tetapi hanya menggantikan satu keshogunan dengan keshogunan lainnya.

Ancaman eksternal juga datang dari pemimpin Mongol Kubilai Khan yang mencoba menyerang Kekaisaran Jepang pada tahun 1274 dan 1281. Namun, perlawanan dari Kekaisaran Jepang dan badai topan berhasil menyelamatkan negeri tersebut.Tantangan besar berikutnya berasal dari dalam negeri, yaitu Perang Onin (1467-1477) yang merupakan perang saudara antara panglima perang yang bersaing dan menyebabkan banyak kematian serta kehancuran, terutama di Heiankyo.

Kemudian, terjadi kerusuhan dan pertempuran selama satu abad yang dikenal sebagai Periode Sengoku atau Periode Negara-Negara Berperang. Gejolak ini akhirnya berakhir dengan kebangkitan panglima perang Oda Nobunaga, yang secara bertahap memperluas wilayahnya dari markasnya di Kastel Nagoya dan berhasil merebut Heiankyo pada tahun 1568 sebelum mengasingkan shogun Ashikaga terakhir, Ashikaga Yoshiaki, pada tahun 1573.

Pengambilalihan Nobunaga menandai dimulainya Periode Azuchi-Momoyama. Penerus Nobunaga adalah Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu dan ketiganya dianggap sebagai pemersatu besar Jepang yang membentuk kekaisaran tunggal menuju era pra-modern. Keshogunan Tokugawa berbasis di Edo memerintah dari tahun 1603 hingga Januari 1868.

Setelah bertahun-tahun pemerintahan yang tidak efektif dan kegagalan menghadapi ancaman dari kekuatan asing, Restorasi Meiji akhirnya menghapuskan kedudukan shogun dan mengembalikan kekuasaan penuh kepada kaisar. Alhasil, berakhirlah kekuasaan shogun yang telah eksis selama 700 tahun di Kekaisaran Jepang.

Novita Andrian berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus