Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bertanding dalam Kondisi Cedera, Permata Cinta Nadya Raih Emas Taekwondo PON 2024

Atlet taekwondo putri asal Jakarta Permata Cinta Nadya mampu meraih medali emas PON 2024 meski bertanding dalam kondisi cedera.

13 September 2024 | 14.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Atlet taekwondo putri asal Jakarta Permata Cinta Nadya mampu meraih medali emas Pekan Olahraga Nasional Aceh Sumatera Utara 2024 (PON 2024) pada kelas -67 kilogram meski harus bertanding dalam kondisi cedera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Perasaannya campur aduk. Soalnya saya lagi cedera juga, cedera lutut. Cederanya baru tiga bulan yang lalu saya kena. Jadi, waktu tampil nahan sakit sambil main," kata Permata di Deli Serdang, Jumat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski mengalami cedera lutut, wanita kelahiran Denpasar, 18 Desember 1999, ini mampu tampil maksimal saat final melawan Khusnul Hatimah atlet taekwondo Aceh.

Permata mengaku dalam laga final yang berlangsung di Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis, 12 September, ia harus tampil dengan memaksimalkan satu kaki untuk mencari poin.

Alhasil, dengan tekad yang kuat, Permata mampu memenangkan pertandingan dan keluar sebagai peraih medali emas.

"Waktu tampil di final sakit sekali. Tapi saya tahan. (Lawan) sama-sama di pelatnas soalnya. Hanya saja, dia dalam kondisi sehat. Biasanya jauh, cuma saya pakai satu kaki dari main pertama," ujar Permata.

Komentar Ibunda

Fauziah, 56 tahun, ibunda Permata Cinta Nadya turut hadir langsung menyaksikan laga anak semata wayangnya. Ia terbang langsung dari Jakarta ke Medan untuk memberikan dukungan dan semangat kepada anak tercinta.

"Saya sengaja terbang dari Jakarta. Saya kemarin sampai jam setengah empat. Sampai hotel jam empat. Demi nonton," kata Fauziah.

Fauziah mengaku sempat merasa sangat gugup menyaksikan pertandingan anaknya. Ia yang saat itu duduk di tribun Martial Arts Arena lalu meminta izin ke pelatih untuk menjenguk Permata di ruang atlet.

"Saya pasti deg-degan. Ketika dia main itu karena dia sudah mulai merasa goyang tuh kakinya sejak tampil pertama. Jadi, saya langsung turun dari tribun. Minta izin sama coachnya, turun ke tempat atlet memberikan motivasi," kata fia.

Fauziah menyebutkan bahwa anaknya sangat dekat dan terbuka kepada dirinya. Ia pun langsung memberikan motivasi agar anaknya tetap bangkit untuk memberikan medali bagi DKI Jakarta.

"Saya cuma bilang sama anak saya. Dek kalau dengan faktor usia kamu adalah yang terakhir PON kamu, sekarang kamu maunya apa? Terserah kalau kamu memang mau terakhir, silahkan naik lagi, setelah itu berobat mati-matian. Tetapi kamu kasih yang terbaik buat plakat DKI Jakarta," kata Fauziah seperti pesan yang disampaikan kepada anaknya.

Fauziah memeluk anaknya di ruang atlet sembari memberikan semangat dan penguatan mental. Hal itu pun berhasil mengantarkan anaknya ke podium dengan medali emas.

"Yang cantik, yang bagus mainnya untuk kenang-kenangan. Saya cuma bilang gitu. Saya kasih semangat. Sama model touch. Saya sentuh-sentuh anak saya, peluk-peluk," kata Fauziah.

Pilihan Editor: Gladies Lariesa Garina Hagakore Berhasil Menorehkan Sejarah, Borong 5 Medali Emas di PON 2024

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus