Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ketika Seorang Wartawan Meliput Langsung Detik-detik Putrinya, Leica Al Humaira Lubis, Meraih Medali Emas PON 2024

Keberhasilan karateka putri Sumatera Utara Leica Al Humaira Lubis meraih emas PON 2024 diliput langsung ayahnya yang berprofesi wartawan foto.

20 September 2024 | 20.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Andi Lubis bersama anaknya, Leica Al Humaira Lubis, berfoto bersama susai pengalungan medali cabang olahraga karate PON 2024 Aceh-Sumatera Utara, Rabu, 18 September 2024. ANTARA/Asep Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Di sudut arena karate PON 2024 Aceh - Sumatera Utara, di Universitas Negeri Medan, Deli Serdang, seorang pria berambut keriting terlihat fokus dengan lensa kameranya menantikan detik demi detik momen dari dua atlet yang tengah bertarung. Ia nampak tak ingin melepaskan bidikan lensanya demi mendapatkan momentum yang berharga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat pertandingan berakhir dengan kemenangan karateka putri Sumatera Utara Leica Al Humaira Lubis atas karateka Jawa Barat Annisa Rizkia, pria yang kemudian diketahui namanya Andi Lubis itu lalu menangis malu-malu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ternyata Andi Lubis adalah ayah dari Leica Al Humaira. Andi mencoba tetap profesional sebagai fotografer dengan tidak langsung memeluk Leica yang meluapkan kegembiraannya dengan menangis terisak.

Baru setelah Leica menghampiri seluruh staf pelatih, debutan PON ini langsung memeluk Andi Lubis yang setia menunggunya. Tangisan mereka berdua pun pecah tak tertahan.

Wartawan harian Analisa ini lalu masuk ke Media Center karate dan terduduk merenung. Wartawan lain yang baru masuk pun langsung menyalami Andi yang membuatnya kembali menitikkan air mata. "Kopi pahit pun kini terasa manis sekali," kata Andi.

Jalan Terjal Leica

Leica merupakan anak bungsu Andi Lubis. Ia menjadi debutan pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara. Perempuan berusia 20 tahun itu langsung meraih medali emas yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Jalan Leica meraih medali emas tidaklah mulus. Jauh sebelum PON, ia tidak masuk dalam daftar atlet karate yang masuk pemusatan latihan daerah (Pelatda) karena kalah saing dengan senior-seniornya.

Setahun jelang PON, tiba-tiba telepon selulernya berdering memanggilnya untuk masuk dalam tim Pelatda karate. Rasa bahagia Leica langsung membuncah meski persiapannya lebih singkat dibanding senior-seniornya.

Saat PON dimulai, kepercayaan diri Leica sempat drop mengingat kejuaraan multi cabang ini menjadi yang pertama. Namun dukungan dari pelatih, tim, dan ayahnya, membantu dia untuk bisa bangkit menghadapi lawan-lawannya.

Lawan berat langsung menghampiri Leica di babak delapan besar. Ia harus berhadapan dengan atlet nasional yang memperkuat DKI Jakarta Ceyco Georgia Zefanya di nomor kumite perorangan -68 putri. Ceyco merupakan atlet karate yang sudah malang-melintang di kejuaraan dunia, bahkan ia menempati ranking 5 dunia putri.

Mental Leica pun diuji, apalagi dalam kejuaraan nasional sebelumnya ia sempat bertemu Ceyco dan kalah telak 6-3. Namun dukungan dari publik tuan rumah membuat bisa tampil lepas dan tentunya tak ingin dipermalukan di kandang sendiri.

Begitu juga dengan Andi Lubis, ketika tahu anaknya akan berhadapan dengan Ceyco. Ia hanya berharap agar Leica bisa melawan dirinya sendiri dengan tampil tenang tanpa beban.

Andi juga tidak mau memberikan arahan apapun kepada Leica, karena dia tahu bahwa beban yang dipikul anaknya sudah terlampau berat. Sehingga ia tak mampu menambah pikiran bagi Leica.

Pertandingan pun dimulai dan Leica akhirnya mampu mengalahkan Ceyco 5-4 dan melenggang ke semifinal. Sebuah prestasi yang patut dirayakan bagi atlet yang masih duduk di bangku kuliah semester 5 tersebut.

Pada babak semifinal Leica harus berhadapan dengan karateka Jawa Timur Monika Reswara Kartika yang juga sering berlaga di kejuaraan dunia. Leica berhasil mengalahkannya dengan poin 3-0.

Ujian besar kembali datang di babak final. Ia harus berhadapan dengan karateka Jawa Barat Annisa Rizkia yang sebelumnya menjadi salah satu kandidat juara. Apalagi Annisa dapat melenggang mulus sejak babak 16 besar.

Mental Leica sempat kembali turun. Bahkan ia tidak yakin bisa meraih emas. Ketidakyakinan itu akhirnya dipecahkan Leica usai menang dengan poin tipis 2-1 dan membuat arena semakin bergemuruh.

Selanjutnya: Mimpi yang terwujud Mimpi yang terwujud


Raihan medali emas yang dipersembahkan Leica, seolah menjadi mimpi yang jadi kenyataan bagi Andi Lubis. Saat kecil, Andi sempat menjadi atlet karate namun hanya skala lokal saja.

Bagi Andi, PON, merupakan impiannya. Bertanding dengan seluruh atlet nasional dan disaksikan ratusan pasang mata menjadi hal yang selalu ia dambakan. Namun perjalanannya di karate terhenti ketika realitas kehidupan memaksanya untuk bekerja sebagai wartawan.

Setelah berkeluarga dan memiliki dua orang anak, Andi tidak pernah sekalipun berbicara tentang masa lalunya yang sempat menjadi atlet karate.

Namun, ternyata apa yang ia pernah lakukan pada masa mudanya dulu secara tak langsung terwariskan kepada anak bungsunya, Leica Al Humaira Lubis. Pada umur 10 tahun Leica tiba-tiba meminta diantarkan oleh ibunya untuk latihan karate.

"Ibunya bilang ke saya, Leica latihan karate, ya sudah bagus," kata Andi.

Mendengar hal tersebut, Andi tentu turut senang karena olahraga ini akan membuat fisik Leica sehat dan mentalnya tertempa dengan baik. Ia selalu menekankan agar Leica selalu bergembira menjalani setiap latihan dan tidak terbebani harus meraih prestasi.

Setelah cukup lama berlatih karate, Leica akhirnya tahu bahwa ayahnya juga sempat menjadi atlet karate meski tak pernah menggapai PON. Pada tahun 1990-an, menjadi atlet PON adalah sebuah pencapaian luar biasa, terlepas bisa meraih medali ataupun tidak.

Kini Leica berhasil tampil perdana di PON XXI Aceh-Sumut dan langsung meraih medali emas. Apa yang digapai oleh Leica ini membuat mimpi Andi akhirnya terukir nyata. "Tetaplah rendah hati apapun pencapaianmu, karena karate mengajarkan itu," kata Andi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus