Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

Survei Populix: 55 Persen Pekerja Khawatir Digantikan Teknologi Artificial Intelligence

Dari riset Populix, sebagian responden mengkhawatirkan pemanfaatan AI yang dapat menggantikan peran manusia di lingkup pekerjaan.

30 November 2023 | 18.24 WIB

Ilustrasi artificial intelligence (AI). (Antara/Pixabay)
Perbesar
Ilustrasi artificial intelligence (AI). (Antara/Pixabay)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen masyarakat terhadap masa depan dunia pekerjaan di era kemajuan teknologi kecerdasan buatan, Artificial Intelligence atau AI, ditanggapi beragam. Dari hasil survei perusahaan riset berbasis digital, Populix, sebagian responden mengkhawatirkan pemanfaatan AI yang dapat menggantikan peran manusia di lingkup pekerjaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Sebanyak 55 persen responden menyatakan bahwa mereka khawatir pekerjaan mereka akan digantikan oleh AI,” kata Co-Founder dan CTO Populix, Jonathan Benhi, lewat keterangan tertulis, Kamis, 30 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kekhawatiran masyarakat akan kehilangan pekerjaan ini pun kemudian berdampak pada ketidakpuasan kerja dan meningkatkan stres. Namun di sisi lain, ada yang menganggap penggunaan AI bisa memungkinkan proses kerja yang lebih efisien.

Alasannya karena kemampuan AI dalam mengotomatisasi tugas-tugas sederhana dan bersifat berulang sehingga karyawan dapat lebih fokus pada aspek pekerjaan yang menuntut sisi kreatif.

Selain itu, analisis dan wawasan yang digerakkan oleh AI dinilai dapat memberikan informasi yang sangat berharga. Tujuannya untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan merumuskan strategi agar lebih efektif.

Dengan peningkatan kualitas pekerjaan yang didukung oleh AI tersebut, karyawan merasa lebih puas dengan hasil pekerjaannya. “Sejatinya AI membawa sekumpulan manfaat sekaligus risiko dalam penerapannya,” ujar Jonathan.

Survei dilakukan selama dua minggu secara daring melalui platform Poplite by Populix terhadap total 1.246 responden lelaki dan perempuan dari kalangan milenial dan generasi Z di Indonesia. Penelitian itu juga dilakukan dengan menggabungkan beberapa metode seperti wawancara dan tinjauan pustaka, yang berlangsung pada September 2023.

Menurut Jonathan, teknologi AI merupakan pedang bermata dua. Selain menawarkan potensi yang sangat besar, pemanfaatan teknologi ini memiliki segudang risiko. Tak hanya ancaman terhadap berkurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia, AI menimbulkan kekhawatiran dari sisi privasi, keamanannhingga bias. 

Teknologi AI yang berasal dari mesin pembelajaran membawa risiko bias dan diskriminasi ketika dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam konteks perekrutan tenaga kerja, persetujuan pinjaman, dan peradilan pidana. Sementara itu, pengumpulan dan pemanfaatan data pribadi secara ekstensif untuk pengaplikasian teknologi AI menimbulkan pertanyaan tentang privasi data.

"Hal ini berpotensi pada pelanggaran data hingga penyalahgunaan informasi pribadi,” kata Jonathan.

Lebih dari itu, semakin canggihnya serangan siber yang didukung AI pun turut membawa ancaman serius terhadap keamanan daring. Dengan minimnya keterampilan literasi internet yang diajarkan dalam sistem pendidikan di Indonesia, risiko penipuan yang didukung AI menjadi semakin meresahkan. 

Perusahaan-perusahaan di Indonesia disarankan perlu mengambil serangkaian upaya untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab. Misalnya, untuk mengurangi risiko bias dalam penggunaan AI, perusahaan dapat melakukan audit pada data yang digunakan untuk melatih model AI.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa pengumpulan data dan pelabelan data bersifat netral serta mencakup representatif demografi yang merata. Pada tahap desain dan pengembangan model AI, perusahaan juga perlu menetapkan pedoman etika yang jelas dan sejalan dengan nilai-nilai masyarakat dan standar hukum yang berlaku, serta melakukan uji coba dan pengecekan secara berkala untuk mendeteksi masalah-masalah keamanan dan privasi yang berpotensi timbul di kemudian hari. 

Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah memastikan transparansi dengan memberikan penjelasan terperinci mengenai cara sistem AI beroperasi dan mengambil keputusan. Dengan menerapkan serangkaian upaya-upaya ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia diharapkan dapat semakin berkembang dengan dukungan dan penerapan AI yang bertanggung jawab.

Ninis Chairunnisa

Ninis Chairunnisa

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus