Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sepakbola

Brasil Masih Berburu Carlo Ancelotti untuk Jadi Pelatih Tim Nasional

Kegagalan Carlo Ancelotti bersama Real Madrid akan membantu rencana Asosiasi Sepak Bola Brasil tersebut.

21 April 2025 | 11.22 WIB

Pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti. Doc. Real Madrid.
Perbesar
Pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti. Doc. Real Madrid.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Brasil berburu Carlo Ancelotti sebagai pelatih tim nasional. Kegagalan pelatih asal Italia bersama Real Madrid akan membantu rencana Asosiasi Sepak Bola Brasil tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Peluang semakin terbuka ketika Arsenal menghentikan langkah Real Madrid di Liga Champions. Namun, itu bukan karena Brasil memihak Barcelona yang menjadi seteru abadi Madrid. Bukan pula karena Selecao membenci Madrid. Itu karena Brasil sedang ingin menarik Ancelotti sebagai pelatih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penjaga gawang Manchester City yang asal Brasil, Ederson, sampai berseloroh bahwa dia siap menyingkirkan Madrid dari Liga Champions agar Ancelotti melatih timnas Brasil. Harapan Ederson itu tak terkabul karena City gagal menghadang Madrid.

Tapi, Ederson harus berterima kasih kepada Arsenal. The Gunners berhasil menendang Madrid dari Liga Champions. Situasi akan berbeda kalau Ancelotti mempersembahkan gelar juara liga dan Copa del Rey sehingga Real Madrid tak melepasnya.

Madrid kini berselisih empat poin dari Barcelona dalam klasemen La Liga setelah mengalahkan Athletic Club 1-0 pada akhir pekan lalu. El Real juga berpeluang menjuarai Copa del Rey jika memenangkan final melawan Barcelona pada 27 April mendatang.

Ancelotti sendiri tak menutup mata dari tantangan melatih salah satu tim terbaik di dunia yang paling sering menjuarai Piala Dunia itu. Sayang, Ancelotti hanya mau meninggalkan Madrid jika klub ibu kota Spanyol itu memecatnya, dan Madrid hanya akan memecatnya, jika pelatih itu gagal memenangkan trofi apa pun musim ini.

Brasil sudah lama mengincar Ancelotti sejak Tite mengundurkan diri pada Desember 2022. Pemantiknya adalah performa Brasil yang berantakan dalam Piala Dunia 2022.

Animo untuk mengaryakan Ancelotti makin besar setelah Selecao dihabisi Argentina 4-1 dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Amerika Selatan. Itu juga kekalahan terburuk Brasil dari Argentina sejak 1964.

Brasil tak pernah bisa mengalahkan Argentina dalam enam tahun terakhir, termasuk final Copa America 2021 ketika untuk pertama kali Lionel Messi mengangkat trofi turnamen besar sepak bola bersama timnas Argentina.

Harus diakui Argentina edisi ini memang lebih bagus, padu dan solid. Fakta itu sangat menyakitkan bagi Brasil mengingat skuad Selecao juga diisi pemain-pemain hebat bersama klub-klubnya, termasuk Vinicius Junior di Real Madrid dan Raphinha di Barcelona.

Brasil Pragmatis

Brasil kini berpikir bahwa taktik tak lagi bagian terpenting karena yang utama adalah mengelola pemain dan organisasi tim. DI departemen itulah Brazil melihat Ancelotti memiliki kelebihan, kendati pelatih ini memiliki kiblat sepak bola yang berbeda dari Brasil.

Jika Brasil terkenal dengan sepak bola menyerang, Ancelotti merupakan pelatih pragmatis yang sering menekankan diri kepada pertahanan. Dia pragmatis dalam bertaktik, tergantung siapa lawan dan kemampuan atau sumber daya timnya sendiri. Dalam kata lain, Ancelotti luwes dan adaptif. Inilah yang diinginkan Brasil saat ini.

Selecao tak lagi menganggap pertahanan terbaik adalah menyerang karena mereka juga memikirkan pertahanan sehingga sulit dibobol lawan. Ancelotti juga dibutuhkan Brasil karena memiliki hubungan baik dengan pemain bintang seperti Vinicius Junior dan Rodrygo.

Pribadinya yang tenang dan hangat dianggap cocok menangani tim penuh tekanan seperti Brasil, yang bintang-bintangnya mungkin agak sulit dibentuk menjadi tim sesolid Argentina. Tapi Ancelotti diyakini bisa membentuk tim nasional yang solid, seperti dia lakukan kepada Real Madrid, AC Milan, Chelsea, Bayern Muenchen dan Paris Saint-Germain.

Ancelotti juga piawai menyulap talenta muda menjadi bintang besar, seperti Vinicius Junior, Rodrygo, dan Eder Militao. Ancelotti sendiri sepertinya melihat kesempatan melatih Brasil sebagai gerbang untuk makin menghebatkan predikatnya sebagai pelatih kelas dunia.

Selecao Tak Ingin Menunggu

Ancelotti adalah satu-satunya pelatih yang meraih trofi juara liga di lima liga terhebat di Eropa. Lemari pialanya penuh dengan trofi dari semua level kejuaraan, mulai trofi liga, sampai Liga Champions dan Piala Dunia Klub.

Yang absen hanyalah Piala Dunia dan piala kontinental. Itu masuk akal karena Ancelotti memang tak pernah menangani timnas mana pun.

Hanya soal waktu Ancelotti akhirnya menangani Brazil. Masalahnya jika Ancelotti masih mau menunggu tetapi Brasil sudah tak bisa menunggu. Tim Samba tak mau periode 1970-1994 ketika mereka melewati paceklik gelar juara dunia selama 24 tahun. Mereka terakhir kali menjuarai Piala Dunia pada 2002. Jika tahun depan gagal, Brasil bakal mengalami paceklik gelar juara Piala Dunia lebih lama dari periode 1970-1994.

Brasil pastinya tak mau menunggu selama itu. Oleh karena itu, kali ini mereka akan habis-habisan mendapatkan Ancelotti, paling tidak sebelum jeda internasional Juni nanti, ketika La Liga menuntaskan kompetisi musim ini.

Namun, sekalipun Madrid gagal menjuarai liga dan Copa del Rey, klub ini memiliki ambisi lain yang tak kalah seksi, yakni menjuarai Piala Dunia Klub 2025 yang untuk pertama kali diikuti oleh 32 tim dari enam konfederasi sepak bola.

Turnamen yang akan digelar di Amerika Serikat itu akan berlangsung selama satu bulan, dari 15 Juni sampai 13 Juli. Itu bisa berbarengan dengan jadwal pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026.

Skenario Brasil merekrut Ancelotti juga bisa terjadi. Real Madrid disebut-sebut sedang mendekati Xabi Alonso yang tengah melatih Bayer Leverkusen agar bersiap mengisi posisi pelatih tim utama.

Dalam beberapa pekan ke depan ketika La Liga memasuki fase terakhir. Ini akan menjadi momen yang makin menarik karena kisah Ancelotti-Brasil.

Epilog dari cerita itu bakal menciptakan dua kemungkinan saja, yakni Brasil yang akan "happy ending", atau Brasil yang justrru menjadi "pungguk merindukan bulan". Yang pasti, kedua skenario itu ditentukan oleh bagaimana Madrid mengakhiri musim ini, dan itu diawali dari laga final Copa del Rey melawan Barcelona, Minggu dini hari pekan ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus