Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Lainnya

Kenapa Pemain Timnas Inggris Berlutut Sebelum Laga Piala Dunia 2022 Melawan Iran?

Para pemain Timnas Inggris melakukan aksi berlutut sebelum laga melawan Iran di Piala Dunia 2022. Sedangkan Iran tak menyanyikan lagu kebangsaan.

22 November 2022 | 05.44 WIB

Para pemain Timnas Inggris berlutut sebelum laga melawan Iran di Piala Dunia 2022, Senin, 21 November 2022. REUTERS/Hannah Mckay
Perbesar
Para pemain Timnas Inggris berlutut sebelum laga melawan Iran di Piala Dunia 2022, Senin, 21 November 2022. REUTERS/Hannah Mckay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Para pemain Timnas Inggris berlutut bersama-sama sebelum bertanding melawan Iran dalam pertandingan Grup B Piala Dunia 2022 di Stadion Internasional Khalifa, Senin, 21 November 2022. Tindakan mereka sebelum menang 6-2 itu mendapat sambutan meriah dari suporter yang ada di tribun.

Pelatih Inggris, Gareth Southgate, sudah menyampaikan rencana soal aksi berlutut ini dalam konferensi pers sebelum pertandingan. Namun, secara terpisah FA Inggris, mengkonfirmasi Harry Kane tak jadi memakai ban kapten "One Love" dalam laga tersebut.

Kenapa pemain Inggris berlutut sebelum laga?

Hal tersebut dimaksudkan sebagai aksi untuk menunjukkan rasa solidaritas melawan diskriminasi. Tindakan tersebut dilakukan dalam Piala Dunia 2022 ini karena Qatar, sebagai tuan rumah, dinilai telah melakukan dikriminasi dengan melarang kaum LGBT.

Aksi Berlutut sebelum pertandingan ini sudah sempat diadopsi secara reguler di Liga Inggris setelah kematian George Floyd di Amerika Serikat pada tahun 2020. Floyd adalah seorang pria kulit hitam yang meninggal dalam tahanan polisi di Minneapolis.

Baca Juga: Top Skor Piala Dunia 2022: 3 Pemain Sama Tajam, Termasuk Bukayo Saka

Meski inisiatif ini disambut baik secara universal, beberapa klub Liga Premier sempat dicemooh karena ikut ambil bagian. Musim ini aksi berlutut sebelum pertandingan tersebut tak lagi dilakukan. Pengelola Liga Premier mengumumkan gerakan itu akan dicadangkan untuk acara-acara khusus.

Lantas, kenapa Harry Kane batal memaki ban kapten "One Love"?

Ban kapten "One Love" juga dimaksudkan untuk mempromosikan "inklusi dan mengirim pesan menentang diskriminasi dalam bentuk apa pun".

Awalnya, Harry Kane memang berencana memakai ban kapten seperti itu dalam laga melawan Iran. Aksinya akan berbarengan dilakukan oleh kapten Wales, Belgia, Belanda, Swiss, Jerman, dan Denmark. Namun, ketujuh kapten itu akhirnya membatalkan rencana tersebut karena ada ancaman dari FIFA.

Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) mengonfirmasi sebelum pertandingan Senin bahwa mereka akhirnya harus tunduk pada tekanan FIFA.

"FIFA sangat jelas bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi olahraga jika kapten kami mengenakan ban lengan di lapangan permainan," kata pernyataan FA.

"Sebagai federasi nasional, kami tidak dapat menempatkan pemain kami dalam posisi yang dapat membuat mereka mendapatkan sanksi olahraga termasuk kartu kuning."

Lantas, kenapa pemain Iran tak menyanyikan lagi kebangsaan?

Beberapa menit sebelum pemain Inggris berlutut, para pemain Iran menolak untuk menyanyikan lagu kebangsaan mereka. Aksi itu banyak dicemooh oleh para pendukungnya.

Partisipasi Iran di Piala Dunia berlangsung di tengah kerusuhan sosial yang masih terus terjadi di Iran menyusul kematian wanita berusia 22 tahun, Mahsa Amini, dalam tahanan polisi dua bulan lalu. Sebanyak 15.000 orang telah ditangkap di negara itu karena memprotes penindasan rezim terhadap perempuan.

Penolakan pemain Iran untuk menyanyikan lagu kebangsaan sebelum melawan Inggris dianggap sebagai bentuk tindakan solidaritas. Pada September lalu, para pemain Iran juga menutupi simbol nasional mereka sebelum pertandingan persahabatan melawan Senegal, yang kemudian banyak disebut sebagai tindakan pembangkangan.

REUTERS

Baca Juga: Rekap Hasil dan Klasemen Piala Dunia 2022 hingga Hari Kedua

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus