Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, yang meninggal saat bertanding kontra Semen Padang dalam laga Liga 1 pada Minggu sore 15 Oktober 2017, meninggalkan seorang istri dan dua anak.
Istri Choirul Huda yang bernama Lidya Anggraeni belum dapat dijumpai, karena masih terkejut atas kepergian sang suami. Keluarga Choirul menempati rumah di Jl. Basuki Rahmad, Lamongan.
Baca: Liga 1: Choirul Huda, Hidup-Mati untuk Persela Lamongan
Choirul Huda meninggal setelah mengalami cedera parah di dada dan kepala, akibat berbenturan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues. Keduanya sebenarnya sama-sama sedang berusaha mengamankan gawang Persela dari gempuran Semen Padang.
Seusai benturan tersebut, Choirul Huda pingsan dan dilarikan ke RSUD dr. Soegiri Lamongan, namun nyawanya tak tertolong.
Keterangan resmi dari rumah sakit menyatakan bahwa kiper berusia 38 tersebut meninggal karena mengalami hypoxia, atau penyumbatan aliran oksigen menuju otak.
Baca: Ini Penyebab Meninggalnya Kiper Persela Lamongan Choirul Huda
Hypoxia dialami Choirul Huda karena dokter menduga ada cedera di batang otak akibat benturan keras tersebut. Kiper kelahiran Lamongan 2 Juni 1979 itu dinyatakan meninggal dunia pada pukul 16.45 WIB. Persela Lamongan sendiri mengeluarkan rilis resmi bahwa Choirul Huda meninggal sekitar 30 menit berselang, atau pukul 17.15 WIB.
Choirul Huda adalah salah satu pemain sepak bola paling senior dalam kompetisi Liga 1, karena dia sudah membela Persela Lamongan selama 18 tahun. Selama membela klub dari kota kelahirannya itu, Choirul Huda sama sekali belum pernah berpindah klub.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini