Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Profil Deportivo Palestino, Klub Sepak Bola yang Dibentuk Imigran Palestina di Cile

Deportivo Palestino, sebuah klub sepak bola didirikan oleh imigran Palestina di Cile pada tahun 1920. Klub ini dikenal karena solidaritasnya terhadap Palestina di dalam dan luar lapangan.

13 November 2023 | 16.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel ke Palestina membuat sejumlah negara mulai menjauhi negara zionis tersebut. Cile misalnya sejak Israel menyerang Gaza secara brutal, negara Amerika Selatan itu menarik duta besarnya dari Israel. Presiden Cile, Gabriel Boric menyatakan bahwa tindakan Israel sebagai pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang tidak dapat diterima.

Selain pemerintahnya, sejumlah unsur di Cile juga mendukung Palestina, diantaranya klub sepak bola bernama Deportivo Palestino. Klub itu didirikan oleh komunitas imigran Palestina di Cile pada tahun 1920. Klub ini telah memenangkan lima gelar resmi, juga dikenal sebagai klub yang mendukung Palestina secara terang-terangan. Palestino menjadi representasi kuat dari solidaritas dan identitas budaya Palestina di luar negeri.

Sejarah Klub dan Prestasi

Deportivo Palestino secara resmi didirikan pada 20 Agustus 1920 oleh para imigran Palestina di selatan Cile. Identitas Palestina sangat kental terlihat. Dalam logo klub dan seragam mereka terdapat unsur warna hijau, hitam, merah dan putih yang merupakan warna bendera Palestina.

Klub ini kemudian menjadi tim sepak bola profesional pada 1952 dan telah meraih lima gelar resmi, termasuk dua gelar Divisi Utama dan tiga Piala Cile.

Dilansir dari situs resmi mereka, prestasi pertama klub ini datang pada 1955, hanya tiga tahun setelah debut profesional mereka. Palestino berhasil menjadi Juara Divisi Utama Liga Cile dengan mencetak 91 gol dalam musim tersebut. Pencapaian ini termasuk 19 gol dari Roberto Coll, yang bermain di semua 33 pertandingan turnamen.

Pada tahun 1975, klub meraih gelar Piala Cile pertamanya, mengalahkan Lota Schwager 4-0. Dua tahun kemudian, Palestino meraih gelar Piala Cile lagi setelah mengalahkan Unión Española 4-3 di final, dengan tambahan keberhasilan lolos ke Piala Libertadores tahun 1978.

Puncak kejayaan Palestino terjadi pada 1978, ketika tim yang dipimpin oleh Elías Figueroa meraih gelar Divisi Utama untuk kedua kalinya. Klub ini mencatat rekor dengan mencapai 44 pertandingan tanpa kekalahan.

Prestasi terbaru klub ini datang pada tahun 2018, saat Palestino meraih gelar Piala Cile ketiganya. Di bawah kepemimpinan Ivo Basay dan dengan kontribusi pemain seperti Luis Jimenez, Agustin Farias, dan Cesar Cortes, Palestino mengalahkan Audax Italiano 1-0 dan 4-2 untuk meraih trofi.

Kontroversi dengan Jersey Berbentuk Peta Palestina

Salah satu prioritas utama klub ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan penderitaan warga Palestina di wilayah pendudukan dan terus mengupayakan kebebasan, keadilan, dan perdamaian.

Dilansir dari BBC, Palestino pernah mengalami kontroversi pada 2014 ketika Federasi Sepak Bola Cile melarang penggunaan jersey baru mereka yang memiliki angka satu berbentuk peta Palestina sebelum pembagian wilayah oleh PBB pada 1947.

Klub ini telah menggunakan seragam baru tersebut dalam tiga pertandingan. Organisasi Yahudi menganggap desain tersebut menyiratkan bahwa seluruh tanah adalah milik Palestina.

Organisasi Yahudi di Cile mengajukan keluhan, namun pemilik klub divisi satu Nublense, Patrick Kiblisky, yang mengajukan keluhan resmi terhadap Palestino. “Kami tidak bisa menerima keterlibatan sepak bola dengan politik dan agama,” ujarnya.

Meskipun Palestino berpendapat bahwa desain tersebut sudah digunakan sebelumnya, Federasi Sepak Bola Cile memberikan denda sebesar $1,300 atau sekitar 20 juta rupiah dan menyatakan bahwa mereka menentang segala bentuk diskriminasi politik, agama, sosial, atau etnis.

Solidaritas Palestino di Lapangan dan di Luar Lapangan

Deportivo Palestino tidak hanya dikenal karena prestasinya di lapangan, tetapi juga karena solidaritas mereka terhadap Palestina di luar lapangan. Klub ini sering mendapatkan dukungan dari suporter yang secara terang-terangan menunjukkan solidaritas mereka dengan Palestina.

Suporter klub ini memberikan dukungan melalui berbagai cara, termasuk mengibarkan bendera Palestina dan menggunakan kafayeh, sejenis scarf tradisional Palestina, sebelum pertandingan dimulai. Media sosial resmi klub juga aktif menyuarakan dukungan mereka terhadap Palestina, menunjukkan bahwa klub ini tidak hanya berkomitmen terhadap sepak bola tetapi juga pada isu-isu kemanusiaan.

M RAFI AZHARI | ANDIKA DWI

Pilihan Editor: 3 Pesepak Bola yang Ditindak Klubnya Karena Mendukung Palestina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus