Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemain pujaan suporter Arsenal, Emmanuel Eboue, jatuh miskin setelah berhenti bermain. Ia, yang pernah jadi andalan Timnas Pantai Gading, bahkan mengaku sempat berpikir untuk bunuh diri.
Kondisi Eboue, 34 tahun, saat ini berbanding terbalik dengan saat ia bermain. Ketika masih di Arsenal (2004 hingga 2011), bek ini menjadi salah satu pujaan penggemar. Ia sempat tampil di final Liga Champion 2006 bersama The Gunners, yang dikalahkan Barcelona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Arsenal, ia mendapat gaji ratusan miliar rupiah dalam setahun. Di klub terakhirnya, Galatasaray asal Turki, ia masih mendapat bayaran 1,5 juta pound sterling (Rp 27 miliar) setahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi, kini semua kekayannya itu musnah. Setelah menjalani pengadilan pencerain yang panjang dan menyakitkan, Eboue diharuskan menyerahkan semua aset miliknya pada istrinya, Aurelie, yang juga mendapat hak asuh ketiga anaknya.
Sebuah rumah besar Enfield masih ia tinggali. Tapi ia menempatinya dengan ketakukan. Batas waktu pengadilan, yang mengharuskan ia menyerahkan rumah itu pada istrinya, sudah terlewati seminggu.
"Saya masih di rumah tapi saya takut," kata Eboue dalam wawancara eksklusif dengan Mirror. "Karena saya tidak tahu kapan polisi akan datang. Kadang-kadang saya mematikan lampu karena saya tidak ingin orang tahu bahwa saya di dalam. Saya meletakkan segala sesuatu di balik pintu."
Baginya, kehilangan rumah itu sangat memukul. "Ini rumah saya sendiri. Saya menderita untuk membelinya, tapi saya sekarang takut," kata Eboue. "Saya tidak akan menjual pakaian atau menjual apa yang saya miliki. Saya akan berjuang sampai akhir karena itu tidak adil."
Sayang ia kini tak punya uang untuk menyewa pengacara untuk memperjuangkan haknya. Di tengah keterpurukan itu, ia juga kian terpukul karena tak bisa lagi bertemu ketiga anaknya sejak Juni lalu.
Ia pun mengaku sempat berpikir untuk bunuh diri. "Semoga Tuhan membantu saya. Hanya dia dapat membantu menghilangkan (keinginan bunuh diri) itu dari pikiran saya," kata Eboue. "Sungguh sangat menyakitkan (tidak bisa melihat anak-anaknya). Mereka biasa menelepon, tapi sekarang, tidak ada kontak. Rasanya sakit sendirian tanpa mereka."
Eboue kini tak bisa bermain karena dihukum FIFA setahun. Hukuman itu jatuh Juni lalu, saat ia bersiap pindah ke Sunderland, karena ada sengketa tak terselesaikan dengan agennya.
Eboue, yang mengakui memiliki pendidikan yang terbatas karena fokus untuk menjadi pemain profesional, juga merasa telah berlaku 'naif' dalam mengelola kekayaannya, termasuk soal mengatur kepemilihan harta bersama dengan istrinya. Hal itu ikut menyumbang pada kondisinya saat ini.
Bila merasa tak aman di rumah, Eboue kini menumpang tidur di rumah temannya. Ia rela tidur di latai ruang tamu karena tak mau mengganggu temannya itu. Ia mencuci pakaiannya dengan tangan karena tidak mampu membayar biaya mesin cuci. Ia, yang pernah punya mobil mewah, kini hanya bepergian dengan bus.
Dia kini membutuhkan pekerjaan. Ia pun mengaku akan senang bila mantan rekannya di Arsenal mau membantunya. Ia juga berharap, pemain lain belajar dari kasusnya. 'Saya tidak ingin hal yang sama terjadi pemain lain." kata dia.
MIRROR | DAILY MAIL