Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Keinginan Indra Sjafri untuk membawa Timnas U-23 menuju Olimpiade 2020 tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh perjuangan sangat keras untuk bisa mewujudkan sejarah baru buat persepakbolaan Indonesia itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Inggris, misalnya, butuh berpuluh-puluh tahun untuk jatuh-bangun berkali-kali, sehingga bisa meraih hasil yang prestisius, setelah menjuarai Piala Dunia 1966. Semifinalis Piala Dunia 2018 di Rusia adalah prestasi terbaru mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bila negara dengan liga profesionalnya yang saat ini yang terbaik dan terpopuler di dunia butuh jatuh bangun seperti itu, apalagi Indonesia.
Tapi, kita tidak boleh kehilangan optimisme dan antusiasme –sebagaimana Inggris dalam rentang waktu sepanjang 1966-2018- terhadap Timnas U-23 yang kini lagi bertanding di Piala AFC.
Dalam prediksi di atas kertas, setelah dikalahkan Thailand 4-0 pada pertandingan pertama fase Grup K Kualifikasi Piala Konfederasi Sepak Bola Asia itu, berat buat Timnas U-23 asuhan pelatih Indra Sjafri untuk bisa lolos ke babak selanjutnya.
Hari ini, Minggu, 24 Maret 2019, Timnas U-23 akan menghadapi lawan beratnya lainnya dalam fase grup, yaitu Vietnam. Pada semifinal Piala AFF U-22, pasukan Indra Sjafrie mengalahkan mereka. Tapi, hari ini adalah kelanjutan kejuaraan kelompok umur tingkat Asia dan bukan lagi pada standar Asia Tenggara.
Hal itu sebagaimana Thailand yang dikalahkan Timnas U-22 pada final Piala AFF U-22. Pada Jumat lalu, mereka ganti mengalahkan pasukan Indra Sjafrie dengan label Timnas U-23 secara telak, 4-0.
Jalan menuju minimal semifinal Piala AFC U-13 agar bisa tampil di Olimpiade 2020 masih berupa rute yang sangat terjal dan curam. Pasalnya, untuk minimal menjadi peringkat kedua Grup K, agar lolos ke putaran final Piala AFC U-23, saja sudah berat. Ada Vietnam dan Thailand yang sering menyulitkan tim Indonesia.
Di situs pssi.org, bek Timnas U-23, Asnawi Mangkualam Bahar, menyatakan tekadnya untuk bangkit pada saat melawan tuan rumah, Vietnam, hari ini.
Asnawi menuturkan sebenarnya tidak ada masalah dengan permainan yang diterapkan Thailand U-23. Hanya saja, dia merasa timnya kurang siap pada menit-menit awal sehingga kemasukkan pada menit ke-21. Setelah itu ia dan rekan-rekannya berupaya bangkit demi mengejar ketertinggalan, namun Thailand bermain lebih baik. "Hari ini kami kurang beruntung dan kami di bawah performa. Permainan kami tak seperti biasanya," kata Asnawi.
"Lawan Vietnam harus lebih fokus lagi agar dapat poin, harus lebih konsentrasi lagi. Prtandingan nanti sangat penting buat kami agar bisa lolos ke babak selanjutnya. Kami harus menang dan akan berjuang keras," Asnawi melanjutkan.
Mempertahankan sukses memang lebih berat dari merebutnya. Setelah memenangi Piala AFF U-22, sebagian besar pemainnya menjadi tulang punggung Timnas U-23 dan meski berjuang keras untuk tidak kendor sedikit pun dalam mempertahankan ritme permainannya.
Soal konsistensi penampilan memang menjadi salah satu kelemahan sepak bola kita selama ini. Tapi, seperti Inggris yang tak jemu-jemu untuk optimis dan senantiasa antusias berjuang itu, dukungan memang pantas diberikan kepada Indra Sjafri dalam membina tim-tim junior nasional.
Meskipun hal itu berat. Indra Sjafri sudah merasakan bagaimana masa bulan madu Timnas U-19 era 2012-2014 yang segera usai setelah memenangi Piala AFF U-19. Mereka tersingkir dalam fase grup putaran final Piala Asia U-19, sehingga jauh dari kesempatan untuk bisa membidik tiket Piala Dunia U-20.